Rabu 24 Apr 2024 15:48 WIB

Antisipasi Dampak Penguatan Dolar AS, Ini Cara Kemenkeu

Pengelolaan risiko yang baik harus diutamakan.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ahmad Fikri Noor
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Febrio Kacaribu.
Foto: dokpri
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Febrio Kacaribu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengomentari soal pengaruh penguatan dolar AS ke neraca perdagangan Indonesia. Ditegaskan, pemerintah bakal mengelola risiko guna mengantisipasi defisit perdagangan.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, fiskal dan moneter bisa bekerja sama. "Seharusnya bisa sinergi dengan baik," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Rabu (24/4/2024).

Baca Juga

Terkait potensi melebarnya defisit perdagangan karena dampak konflik Timur Tengah, ia menilai masih terlalu dini untuk dilihat. Baginya, pengelolaan risiko yang baik harus diutamakan.

Pada keterangan sebelumnya disebutkan, neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2024 kembali mengalami surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS. Angka itu memperpanjang capaian surplus neraca perdagangan Indonesia secara berturut-turut selama 47 bulan sejak Mei 2020. 

Nilai tersebut lebih tinggi sebesar 1,64 miliar dolar AS dibandingkan surplus neraca perdagangan pada Februari 2024. Angka itu pun lebih tinggi terhadap bulan sama pada 2023 yang tercatat sebesar 2,83 miliar dolar AS.

Febrio mengatakan, secara kumulatif surplus neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari sampai Maret mencapai 7,31 miliar dolar AS. “Capaian positif ini tentunya patut kita syukuri, di tengah ketidakpastian perekonomiam global, berlanjutnya surplus neraca perdagangan Indonesia menunjukkan ketahanan ekonomi domestik yang sangat baik,” katanya.

Disebutkan, nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 tercatat sebesar 22,43 miliar dolar AS. Angka itu turun 4,19 persen year on year (yoy).

Hanya saja, kata dia, jika dibandingkan bulan sebelumnya, ekspor pada Maret 2024 meningkat 16,40 persen month to month (mtm), sejalan dengan peningkatan harga komoditas ekspor global sepanjang Maret, khususnya bagi komoditas batu bara dan logam mulia. Jika dilihat secara sektoral, penurunan ekspor terjadi pada industri pertambangan, sedangkan industri pengolahan dan sektor pertanian masih tumbuh cukup baik sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi di negara mitra utama seperti AS dan India.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement