Selasa 23 Apr 2024 21:52 WIB

OJK Dorong Kartini Maju Literasi Keuangan

Perempuan harus dapat literasi keuangan dengan baik karena madrasah pertama anak.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi (kedua dari kiri) usai menghadiri kegiatan edukasi keuangan bagi perempuan, Jakarta, Selasa (23/4/2024).
Foto: Dian Fath/ Republika
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi (kedua dari kiri) usai menghadiri kegiatan edukasi keuangan bagi perempuan, Jakarta, Selasa (23/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saat ini terus berupaya menggenjot tingkat inklusi keuangan di Indonesia khususnya dikalangan perempuan. Dari data OJK pada 2022, inklusi keuangan Indonesia masih berada di indeks 85 persen sedangkan literasi keuangan di indeks 49 persen.

“Usaha OJK adalah melalui program inklusi keuangan. Bagaimana kita membukakan akses keuangan yang belum ada. Lalu, satu difabel satu rekening dan satu rekening satu pelajar,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi dalam acara "Edukasi Keuangan Bagi Perempuan Dalam Rangka Memperingati Hari Kartini" di Gedung Perpustakaan Nasional Salemba, Senen, Jakarta Pusat, Selasa (23/4/2024).

Dari data OJK, pemahaman literasi keuangan perempuan angkanya sudah melampaui laki-laki. Namun, untuk tingkat inklusi perempuan justru masih lebih rendah daripada laki-laki. “Makanya kita edukasi perempuan, programnya banyak sekali. Supaya gap antara literasi dengan inklusi bisa dipersempit,” ucapnya.

Perempuan, menurutnya, harus terliterasi dengan baik karena akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya kelak. Oleh karenanya, OJK berkomitmen untuk mengembangkan literasi dan edukasi untuk masyarakat Indonesia khususnya perempuan. 

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 Tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan, OJK juga memiliki tugas untuk memberikan literasi kepada masyarakat terkait keuangan, khususnya perempuan. 

Maka dari itu, kegiatan 'Edukasi Keuangan Bagi Perempuan Dalam Rangka Memperingati Hari Kartini' digelar guna mencerdaskan ibu rumah tangga secara finansial. Dalam agenda ini, ada sejumlah narasumber yang diharapkan dapat membuka khazanah pengetahuan para ibu-ibu rumah tangga. 

"Kita berharap hari Kartini tidak hanya dimaknai dengan mengenakan dengan berkebaya. Tetapi, dimaknai juga dengan pemikiran yang membuat perempuan Indonesia maju dan berdigdaya," tegasnya.

Dalam acara ini Friderica juga mengingatkan perempuan Indonesia, terutama perempuan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), untuk tak tergiur meminjam dari rentenir atau lintah darat. Ia pun mengajak para perempuan agar mengambil pinjaman ke institusi yang sudah jelas berlisensi seperti di Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM). 

"Memang kalau rentenir itu hati-hati Bu, lebih agresif. Bunganya itu luar biasa mencekik leher. Ibu jangan sampai keliru mencapai akses pembiayaan di tempat yang salah," kata Frederica

Literasi mendatangkan omzet tinggi

photo
Berkat literasi keuangan yang baik usaha bakso aci Kolaboraos, kini menghasilkan omzet Rp 30 juta per ulan. - (Dok Pribadi)

Manfaat pemahaman literasi keuangan yang baik, dirasakan Gina Hikmaturredha (37 tahun) dan sang suami Amirul Mukminin (38) saat membuka usaha bakso aci bernama Kolaboraos. Tak ingin bisnisnya jalan di tempat, Gina pun ikut bergabung dengan Jakarta Entrepreneur (Jakpreneur) yang merupakan program unggulan pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Berkat pendampingan tersebut, Amirul akhirnya mendapatkan berbagai fasilitas pengurusan IUMK, NIB, Sertifikat Halal, HAKI, dan pelatihan desain kemasan hingga pembiayaan dari Bank DKI sebesar Rp 180 juta.

"Alhamdulillah, dengan Jakpreuner, usaha kami akhirnya memiliki HAKI dan sudah tersertifikat halal. Bahkan saya juga memiliki desain kemasan yang buat bakso cuanki saya naik kelas," ungkapnya.

Selain itu, ia juga dapat ilmu mencatat keuangan setiap harinya agar dapat terkontrol dengan baik. Selama ini, Amirul mengaku sangat kesulitan dalam mengatur keuangannya, terutama memisahkan kebutuhan pribadi dan usaha. Ia bahkan, lebih menyukai transaksi non tunai, lantaran pencatatan yang lebih mudah dan detil. Pasalnya, transaksi tunai seringkali tidak tercatat secara rapi dan rinci.

Meskipun, setelah naik kelas, "Kolaboraos" harus menerima kenyataan berkurangnya pelanggan di Pasar Kalideres. Sebab mereka lebih menyukai produk tanpa kemasan ciamik, lantaran harga yang lebih murah. Namun, hal tersebut tak membuatnya Gina dan suami bersedih hati, karena dengan naik kelas penjualan produknya bisa menyebar di seluruh Indonesia tak hanya terbatas di Pasar Kalideres. Ia pun berharap dalam waktu dekat bisa segera mengekspor produknya.

"Alhamdulillah, omzet kami setiap bulannya Rp 30 juta. Didapat dari jualan online dan juga di bazar seperti saat ini. Alhamdulillah pendapatan sehari di bazar itu bisa sampai Rp 2 juta," ujarnya.

Gina dan suami pun kini paham, mengelola keuangan adalah hal yang sangat penting bagi sebuah bisnis. Semakin berkembang usaha yang dijalankan, maka semakin rumit pula dalam mengatur keuangannya. Dengan pengelolaan keuangan yang baik, dapat membantu merapihkan masalah keuangan sedini mungkin sebelum bertambah besar.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement