Senin 22 Apr 2024 05:59 WIB

Harga Emas Terus Melesat, Ini Penyebabnya

Eskalasi konflik Iran-Israel memberikan dampak kepada sejumlah sektor.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Ilustrasi emas batangan murni.
Foto: ANTARA/Shutterstock/aa. (Shutterstock/Oleksan
Ilustrasi emas batangan murni.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengungkapkan eskalasi konflik Iran-Israel memberikan dampak kepada sejumlah sektor. Salah satu yang terdampak yakni harga emas yang terus terbang semenjak konflik tersebut memanas kembali. 

“Sebenarnya kalau kita lihat dari tiga komponen baik itu di harga emas, kemudian minyak, dan juga penguatan dolar AS sebenarnya sudah sangat tecermin bahwa kemungkinan besar perang ini akan terus berlangsung,” kata Associate Indef Asmiati Malik dalam diskusi daring Indef, Sabtu (20/4/2024). 

Baca Juga

Secara teori, Asmiati menuturkan, kenaikan harga emas memiliki korelasi atau berkorelasi kuat dengan perang tersebut. Biasanya, kata dia, dalam kondisi perang orang tidak akan menyimpan cash atau uang tunai tapi menyimpan emas. 

“Kita lihat emas berada pada wave ketiga biasanya itu dia model naik tapi sangat tinggi. Ini tecermin dari kenaikan harga yang luar biasa,” ucap Asmiati. 

Dia menegaskan, meningkatnya harga emas tersebut dikarenakan terjadinya perang. Kondisi tersebut menurutnya membuat demand atau kebutuhan akan emas menjadi signifikan. 

Harga emas kembali mencetak rekor dengan tembus di level psikologis baru yakni 2.400 dolar AS per troy ons pada Jumat (19/4/2024). Menurut data Refinitiv, harga emas di pasar spot menguat 0,92 persen menjadi 2.400,13 dolar AS per troy ons.

Level tersebut menjadi rekor tertinggi sepanjang masa. Kenaikan tersebut juga memperpanjang tren positif emas.

Sementara, harga emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) pada Jumat (19/4/2024) untuk ukuran satu gram dibanderol di harga Rp 1,34 juta per gram. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement