Jumat 19 Apr 2024 15:37 WIB

Di Forum APEC, ID FOOD Sampaikan Inisiatif Strategis dan Digital bagi Petani dan UMKM

Salah satu upaya meningkatkan akses perempuan di sektor pertanian lewat digitalisasi

Direktur Supply Chain Management dan Teknologi Informasi ID FOOD Bernadetta Raras saat menjadi pembicara di Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) Workshop on Promoting Women Economic Empowermen Across Agri-Food Chain di Hanoi, Vietnam.
Foto:

Peran strategis pengusaha perempuan

Menurutnya, besarnya peran perempuan di sektor pertanian dan pangan tersebut seiring dengan pertumbuhan petani dan pelaku UMKM perempuan di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, Indonesia memiliki sebanyak 30 perempuan petani perempuan dari total 27,5 juta petani. Jumlah ini meningkat dari tahun 2019 yang berada di angka 24 persen dari total 24 juta petani. 

Sedangkan di sektor hilir, menurut data BPS 2022, Indonesia memiliki persentase pengusaha perempuan 53 persen atau lebih tinggi dari pengusaha laki-laki sebesar 47 persen. Jumlah ini di atas negara-negara lain di Asia Pasifik, seperti Filipina sebesar 52,1 persen, Vietnam 49,2 persen, dan Thailand 37,9 persen. Sementara menurut data Asia Development Bank 2022, 50 persen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) milik perempuan di Indonesia mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir.

Raras mengatakan, meski kontribusi perempuan di sektor pertanian dan pangan terus tumbuh, hal tersebut bukan tanpa tantangan. Saat ini perempuan di berbagai negara menghadapi tantangan hampir seragam, yaitu terkait keterbukaan akses perbankan/permodalan, kepemilikan tanah, literasi keuangan dan digital, serta akses pasar. 

“Maka itu, dukungan seluruh stakeholder pangan terhadap pemberdayaan perempuan di sektor pangan perlu terus ditingkatkan, mengingat perempuan menjadi salah satu pilar pembangunan pertanian dan kesejahteraan rumah tangga terutama di daerah pedesaan,” ujarnya.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Raras menegaskan, perlunya penerapan inisiatif strategis yang konkrit, di antaranya melalui program close loop pertanian terintegrasi dari hulu hingga hilir. “Skema tersebut harus dijalankan secara kolaboratif lintas sektor, sehingga bisa mengatasi berbagai kendala dari mulai permodalan, pendampingan budidaya, penerapan teknologi, asuransi, hingga logistik dan pemasaran,” paparnya.

Ia memberikan contoh, model semacam itu telah berjalan di Indonesia melalui program Makmur yang diinisiasi Kementerian BUMN bersama sejumlah BUMN di sektor pangan, perbankan, asuransi, perkebunan, dan logistik atau perdagangan. “Salah satu yang kita jalankan untuk memperbesar akses perempuan di sektor pertanian dan pangan, yaitu melalui program Makmur di mana ID FOOD bertindak sebagai ketuanya. Program ini terbukti efektif meningkatkan jumlah areal tanam, partisipasi petani, serta produksi komoditas pangan,” terangnya.

Program Makmur merupakan program korporatisasi pertanian yang meliputi aktivitas pendanaan, budidaya, pemanfaatan teknologi, off take hasil panen, serta asuransi. Program ini telah dijalankan sejak 2021 sampai saat ini. Hingga 2023, Makmur berkontribusi menghasilkan luas tanam sebanyak 692 ribu ha dengan realisasi panen 284 ribu ha dan partisipasi 322 ribu mitra petani. Jumlah tersebut mencakup 5 komoditas yang dikembangkan, yaitu padi, tebu, jagung, kelapa sawit, dan kopi. Capaian tersebut melampaui target luas tanam yang ditetapkan yaitu 557 ribu ha.

Peningkatan realisasi Makmur dalam 3 tahun terakhir ini menunjukkan bahwa program integrasi pangan ini telah memberikan dampak positif khususnya bagi para petani mitra. Hal tersebut terlihat dari semakin tingginya partisipasi mitra petani, pada 2021 jumlah mitra tercatat 42 ribu petani, pada 2022 naik menjadi 131 ribu petani, dan pada 2023 petani yang bergabung dalam program ini telah mencapai 151 ribu petani.

 

“Terjadi peningkatan partisipasi kemitraan setiap tahunnya. Dari tahun 2021 ke 2022 meningkat sebesar 211 persen dan dari 2022 ke 2023 meningkat lagi sebesar 15 persen. Hal ini mengindikasikan semakin terbukanya akses bagi petani dan para pelaku usaha pangan dan sektor pendukung lainnya,” pungkas Raras.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement