Selasa 19 Mar 2024 16:52 WIB

Saratoga Catat NAB Rp 48,9 Triliun pada 2023

Gejolak harga komoditas berdampak pada perusahaan portofolio utama Saratoga.

Direktur Investasi Saratoga Investama Sedaya Devin Wirawan dalam acara paparan publik Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2022, Senin (15/5/2023).
Foto: Republika/Retno Wulandhari
Direktur Investasi Saratoga Investama Sedaya Devin Wirawan dalam acara paparan publik Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2022, Senin (15/5/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan investasi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) mencatatkan Nilai Aset Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV) senilai Rp 48,9 triliun pada tahun 2023 atau menurun 20 persen year on year (yoy) dibandingkan capaian 2022.

Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan mengungkapkan, gejolak harga komoditas sepanjang 2023 telah berdampak terhadap harga saham-saham perusahaan portofolio utama Saratoga, yaitu PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). "Fluktuasi harga saham itu ikut berdampak terhadap NAV Saratoga pada akhir tahun,” ujar Devin dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (19/3/2024).

Baca Juga

Namun demikian, Devin optimistis melalui fundamental baik yang dimiliki, perusahaan portofolio seperti ADRO dan MDKA akan mampu mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan menguntungkan ke depan.

"Apalagi, dua entitas tersebut berada di sektor strategis, yaitu komoditas batu bara, emas, nikel dan juga bisnis hilirisasi komoditas, yang berdampak langsung terhadap perekonomian global maupun domestik," ujar Devin.

Ia melanjutkan, perseroan berhasil mengoptimalkan kinerja perusahaan-perusahaan portofolionya melalui capaian dividen dan hasil divestasi yang menguntungkan. Hal itu tecermin dari arus kas dividen dan divestasi mencapai level tertinggi senilai Rp 3,9 triliun pada akhir 2023.

"Dengan dana kas itu, kami mempunyai kapasitas yang luas untuk melakukan berbagai inisiatif strategi investasi, baik pada 2023 maupun pada tahun-tahun yang akan datang," ujar Devin.

Direktur Keuangan Saratoga Lany D Wong menyebut perseroan berhasil memperkuat likuiditas internal pada 2023. Kuatnya likuiditas tecermin dari penurunan posisi utang yang juga berdampak terhadap terpangkasnya biaya bunga hingga 49 persen pada 2023.

"Berdasarkan posisi 31 Desember 2023, kami menurunkan utang bersih hingga 62 persen menjadi Rp 263 miliar, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 688 miliar. Kami juga berhasil menjaga rasio biaya dan utang tetap berada pada tingkat yang sehat," ujar Lany.

Ia menyebut, biaya operasional terhadap NAV masing-masing sebesar 0,5 persen dan loan to value menjadi 0,4 persen pada 2023, dari sebelumnya 1,1 persen pada 2022.

Perseroan pada tahun ini akan terus aktif menjalankan strategi investasinya, yang sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap positif. 

Saratoga akan tetap fokus meningkatkan investasi di sektor ekonomi yang memberikan kontribusi besar terhadap ekonomi Indonesia. "Salah satu strateginya adalah memperkuat investasi di portofolio yang sudah ada atau menambah portofolio baru yang memiliki prospek pertumbuhan bisnis yang baik dalam jangka panjang," ujar Lany.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement