Jumat 08 Mar 2024 01:22 WIB

Ilmuwan Ungkap Tingginya Kontaminasi Bahan Kimia dalam Air Minum

Ada banyak bahan kimia yang muncul dalam air minum.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Populasi di seluruh dunia terpapar banyak sekali bahan kimi melalui air minum.
Foto: Freepik
Populasi di seluruh dunia terpapar banyak sekali bahan kimi melalui air minum.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Populasi di seluruh dunia terpapar banyak sekali bahan kimi melalui air minum, namun hanya segelintir bahan kimia yang telah dievaluasi secara menyeluruh sehubungan dengan paparan dan kesehatan manusia. Hal ini diungkap oleh Associate Professor dari Yale School of Public Health, Dr Nicole Deziel.

Deziel mengatakan bahwa paparan bahan kimia pada konsentrasi di bawah standar yang berlaku dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko efek kesehatan, seperti cacat lahir dan kanker. Selain itu, ada banyak bahan kimia yang muncul dalam air minum, misalnya mikroplastik dan 1,4-dioksan yang tidak diatur dalam aturan federal.

Baca Juga

“Terakhir, kita harus mempertimbangkan masalah kelangkaan air dan perubahan iklim. Seiring dengan meningkatnya suhu dunia, kita sudah melihat pasokan air publik yang tersedia mulai mengering, yang mengakibatkan peningkatan upaya desalinasi di beberapa daerah dan penggunaan air limbah yang telah diolah di daerah lain untuk memenuhi permintaan,” kata Deziel seperti dilansir Phys, Jumat (8/3/2024).

Menurut Deziel, ada berbagai studi dan teknologi inovatif yang telah dihasilkan para ilmuwan untuk meningkatkan pengawasan kimiawi dalam air minum dan mengevaluasi efek kesehatan yang mungkin terjadi akibat kontaminasi. Hal ini mencakup metode untuk memantau dan mengevaluasi pasokan air, tes biologis yang lebih baik, dan metode baru untuk mendeteksi partikulat berbahaya dalam air minum.

“Kami berharap bahwa penelitian-penelitian baru ini akan membantu menginformasikan peraturan, mendorong pengembangan metode dan alat baru untuk menilai paparan kontaminan air minum, dan mengidentifikasi isu-isu penting yang berkaitan dengan kesetaraan dan keadilan lingkungan,” jelas Deziel.

Deziel menjelaskan beberapa tantangan yang dihadapi ilmuwan dalam penelitian terkait kontaminasi bahan kimia dalam air minum. Misalnya, ada banyak bahan kimia yang umumnya tidak terlihat karena tidak mengubah warna atau bau air minum, sehingga selama beberapa dekade para ilmuwan sulit untuk mengidentifikasi hubungan antara penyakit dan paparan bahan kimia tersebut.

Selain itu, alat dan teknik yang ada untuk mengevaluasi paparan terkait air minum masih terbatas dan tertinggal dibandingkan dengan kontaminan lingkungan lainnya seperti polusi udara.

“Jadi, jelas ada kebutuhan akan data tambahan yang lebih baik. Selain itu, meskipun kontaminan air sering terjadi dalam campuran, sebagian besar evaluasi yang ada dan kebijakan serta peraturan terkait berfokus pada bahan kimia individual tanpa mempertimbangkan potensi interaksi antar bahan kimia,” tegas Deziel.

Persediaan air minum umum juga memiliki risiko. Salah satu studi menemukan bahwa 2,6 juta orang di Amerika Serikat bergantung pada sistem air minum dengan konsentrasi fluoride rata-rata melebihi batas panduan WHO. Sebuah studi terpisah menemukan bahwa mangan dalam air minum sering kali melebihi pedoman AS, sehingga ada banyak hal yang perlu dikhawatirkan, terutama dalam hal bagaimana konsentrasi ini dapat berdampak pada populasi yang rentan seperti anak-anak.

“Kita membutuhkan upaya terkoordinasi untuk menghasilkan data kesehatan baru untuk kontaminan yang muncul. Kita juga perlu memperkuat standar air minum dan teknologi pengolahan, serta mengumpulkan dan menyebarluaskan lebih banyak data kualitas air minum,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement