Jumat 23 Feb 2024 17:57 WIB

Harga Beras Premium Meroket, Pedagang: Tolong yang Punya Stok Keluarkan

Pedagang juga saat ini kesulitan mendapatkan beras premium.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pekerja mengangkut beras di salah satu toko grosir sembako di Jakarta, Jumat (23/2/2024).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pekerja mengangkut beras di salah satu toko grosir sembako di Jakarta, Jumat (23/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menyoroti kondisi beras premium yang semakin melonjak harganya. Tak hanya harga yang melonjak, pedagang juga saat ini kesulitan mendapatkan beras premium.

"Ikappi menyoroti kondisi beras yang semakin melonjak harganya. Kami harus mengakui pedagang kesulitan mendapatkan beras premium karena memang stok yang dimiliki penggilingan juga terbatas," ujar Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan kepada Republika, Jumat (23/2/2024).

Baca Juga

Untuk menyiasatinya, pedagang pun kini menjual beras dengan harga yang bisa dijangkau oleh masyarakat. "Kalau di pasar kan tentu kami bisa mengecer beras bisa dibeli dengan literan," ujar Reynaldi.

Untuk itu, Reynaldi mengingatkan kepada pemerintah dan juga stakeholder terkait seperti produsen atau pabrik beras yang memiliki stok beras premium untuk segera mengeluarkannya. Sebab, jika tidak segera dikeluarkan maka semakin naik harganya.

"Ini yang harus di waspadai oleh semua pihak agar stok-stok yang dimiliki khususnya beras premium agar segera dikeluarkan, termasuk pabrik-pabrik lokal, karena semakin tertahan beras premium, semakin naik harganya dan kondisinya akan semakin buruk," ujarnya.

Meskipun Reynaldi mengakui penyebab lonjakan harga beras ini berkaitan dengan produksi menurun karena mundurnya musim tanam akibat El Nino. Mundurnya musim tanam ini otomatis membuat panen pun ikut mundur. Kondisi ini ditambah dengan produksi beras tahun lalu yang terbatas sehingga tidak ada ketidakseimbangan antara supply and demand. 

"Kenaikan harga beras tahun ini mencapai 20 persen lebih dibandingkan tahun lalu. Dari Rp 14 ribu ke Rp 18 ribu per kilo," ujarnya.

Ia pun mendorong pemerintah untuk terus menggenjot produksi. Sebab, saat ini kebutuhan masyarakat terhadap pangan tinggi menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.

"Untuk saat ini menjelang ramadhan penyelesaian persoalan beras solusinya ialah menggelontorkan stok yang dimiliki oleh pemerintah, perusahaan lokal, penggilingan untuk di drop di pasar tradisional, termasuk mendorong satgas pangan mabes polri agar memantau stok yang dimiliki oleh pihak-pihak tersebut diatas agar tidak tertahan dan segera dikeluarkan," ujarnya.

Tak hanya pedagang pasar, melonjaknya harga beras ini berdampak pada pedagang makanan maupun konsumen rumah tangga.

Madani (55 tahun), penjual warung nasi ini ikut terimbas dengan naiknya harga beras. Ia mengatakan, keuntungannya berkurang karena harga beras yang terus melonjak ditambah dengan kenaikan komiditas pangan lainnya.

"Beras yang biasanya 12 ribu per liter sekarang sudah 15 ribu. Kalau dinaikkan kasihan pembeli, akhirnya keuntungannya jadi berkurang, " katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement