Rabu 07 Feb 2024 20:11 WIB

Saham Starbucks dan McDonalds Jungkal di Negara-Negara Mayoritas Islam

Gerakan boikot pukul penjualan saham Starbucks dan McDonalds

Rep: Mabruroh, Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Seorang anak bersepeda di dekat gerai Starbucks (ilustrasi).   Gerakan boikot pukul penjualan saham Starbucks dan McDonalds
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Seorang anak bersepeda di dekat gerai Starbucks (ilustrasi). Gerakan boikot pukul penjualan saham Starbucks dan McDonalds

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — McDonald’s dan Starbucks mengalami penurunan keuntungan akibat konflik di Gaza dan seruan-seruan boikot. Perusahaan-perusahaan tersebut terkena boikot karena sikap mereka yang dianggap pro Israel.

Menurut CNBC, saham McDonald's turun hampir 4 persen pada Senin (5/2/2024), menyusul laporan bahwa perlambatan penjualan di Timur Tengah telah menyebabkan hilangnya pendapatan pada kuartal keempat.

Baca Juga

Sementara itu, saham Starbucks turun sekitar dua persen selama sepekan terakhir, dan mengatakan penjualannya di Amerika Serikat juga terganggu dalam tiga bulan terakhir 2023.

CEO McDonald's Chris Kempczinski mengatakan, penjualan lebih lemah di negara-negara mayoritas Muslim seperti Malaysia, Indonesia, dan di Timur Tengah.

“Dampak perang terhadap bisnis lokal para pewaralaba ini mengecewakan dan tidak berdasar,” kata Kempczinski pada hari Senin, berbicara kepada para analis melalui konferensi telepon perusahaan tersebut. 

Kempczinski memperkirakan, bahwa penjualan belum akan pulih sampai akhir tahun.

Dilansir dari Middle East Eye, Rabu (7/2/2024), Kedua perusahaan tersebut dianggap mendukung Israel dalam konflik yang terjadi di Gaza, meskipun Starbucks membantahnya.

Dalam perang Hamas-Israel, McDonald's memicu kemarahan kalangan aktivis pro-Palestina pada Oktober lalu, ketika waralaba McDonald's di Israel mengumumkan memberikan makanan gratis kepada tentara Israel di cabang-cabangnya di negara tersebut.

CNBC melaporkan, bahwa perusahaan tersebut mengalami penurunan penjualan pada kuartal keempat di Timur Tengah setelah adanya aksi bagi-bagi makanan tersebut. 

Wilayah ini menyumbang dua persen dari penjualan global McDonald's dan satu persen dari pendapatan global sebelum bunga dan pajak.

Starbuck dan Serikat Pekerjanya saling menuntut karena unggahan di media sosial yang pro Palestina. Unggahan tersebut dilakukan oleh serikat pekerjanya, Starbucks Workers United pada 9 Oktober, dua hari setelah serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel.

Starbucks Workers United memposting “Solidaritas dengan Palestina!” di X

Perusahaan tersebut mengancam akan melakukan tindakan hukum atas tweet tersebut yang segera dihapus setelah diunggah. Langkah tersebut diambil sebagai penegasan bahwa Starbucks tidak mendukung pihak mana pun dalam konflik tersebut. 

Reaksi keras perusahaan atas postingan tersebut telah menyebabkan banyak pelanggan menganggapnya sebagai sikap pro-Israel.

CEO Starbucks Laxman Narasimhan mengatakan, pada hari Selasa bahwa penjualan perusahaannya di Amerika Serikat dan Timur Tengah terkena dampak boikot. Sedangkan McDonald's mengatakan penjualan mereka di Amerika Serikat sebagian besar tidak terpengaruh.

n. Mabruroh

https://www.middleeasteye.net/news/mcdonalds-and-starbucks-sales-hurt-gaza-war-boycotts

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement