Rabu 07 Feb 2024 17:49 WIB

LPS Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Capai 5,12 Persen pada 2024

Secara umum, kekuatan perekonomian RI masih ditopang oleh sektor perbankan.

Karyawan membersihkan logo baru Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Jakarta, Selasa (23/4/2019).
Foto: Antara/Audy Alwi
Karyawan membersihkan logo baru Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Jakarta, Selasa (23/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memproyeksikan perekonomian Indonesia akan tumbuh sebesar 5,12 persen pada 2024, salah satunya didukung oleh sektor perbankan.

"Semoga pada 2024 Indonesia bisa tumbuh lebih baik, kami prediksi sekitar 5,12 persen. Secara umum, kekuatan perekonomian kita masih ditopang oleh sektor perbankan," ujar Wakil Ketua Dewan Komisioner LPS Lana Soelistianingsih dalam Bloomberg Technoz Economic Outlook 2024 di Jakarta, Rabu (7/2/2024).

Baca Juga

Ia menuturkan, industri perbankan masih memiliki porsi terbesar sebagai pendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang dibuktikan dengan rasio kecukupan modal yang mencapai 27,69 persen pada Desember 2023. "Modal dari perbankan kita sangat besar dan cukup menjadi bantalan dari perekonomian kita," kata dia.

Lana juga menyatakan, kredit tumbuh sebesar 3,73 persen (y-o-y), sementara tingkat kredit macet terkendali pada kisaran 2,19 persen. LPS juga mencatat bahwa tingkat likuiditas cukup memadai, mengingat rasio alat likuid terhadap deposito non-inti (AL/NCD) yang mencapai 127,08 persen pada Desember 2023.

Selanjutnya, ia mengatakan, walaupun mengalami perlambatan, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 10,38 persen. Menurutnya, hal itu disebabkan oleh konversi aset bank menjadi aset non-bank serta meningkatnya biaya internal yang digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan bisnis dibandingkan pinjaman ke bank.

Selain itu, Lana juga menuturkan ada perlambatan rasio utang terhadap ekuitas pada sektor agrikultur; barang jadi; pertambangan; properti; infrastruktur, utilitas, dan transportasi; industri dasar dan kimia; serta perdagangan, jasa, dan investasi. Ia mengatakan, perlambatan ini salah satunya disebabkan oleh kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengevaluasi program restrukturisasi kredit yang tidak akan diperpanjang selepas Maret mendatang.

"Kondisi perbankan Indonesia bisa dikatakan cukup solid, jadi kita tidak perlu khawatir dengan kinerja sektor perbankan," ujarnya.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement