Senin 05 Feb 2024 15:49 WIB

Berkat Hilirisasi, Maluku Utara Jadi Provinsi dengan Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi

Pertumbuhannya mencapai 20,49 persen secara tahunan.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ahmad Fikri Noor
Ilustrasi pengolahan nikel.
Foto: EPA-EFE/MAST IRHAM
Ilustrasi pengolahan nikel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, Maluku Utara menjadi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi sepanjang 2023. Pertumbuhannya mencapai 20,49 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

"Pertumbuhan ekonomi tahun 2023 tertinggi tercatat di provinsi Maluku Utara sebesar 20,49 persen. Kemudian diikuti oleh Sulawesi Tengah sebesar 11,91 persen," ujar Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (5/2/2024).

Baca Juga

Ia menjelaskan, tingginya pertumbuhan tersebut salah satunya berkat adanya hilirisasi di sana. Keberadaan industri pengolahan, pertambangan, serta penggalian pun menjadi sumber pertumbuhan ekonomi kedua provinsi itu.

 

"Jadi memang dapat ditarik kesimpulan industrialisasi atau yang kita sebut dengan program hilirisasi nikel di dua provinsi tersebut, memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di provinsi Maluku Utara dan Sulawesi Tengah," jelasnya. Dilihat secara nasional, kata dia, upaya pemerintah melakukan hilirisasi sejumlah komoditas sumber daya alam (SDA) juga berdampak positif terhadap industri pengolahan. 

Tercatat, sumber pertumbuhan ekonomi yang berasal dari industri pengolahan tumbuh sebesar 4,64 persen. Disebutkan, lapangan usaha dengan kontribusi terbesar terhadap ekonomi yaitu industri pengolahan, perdagangan, pertanian, pertambangan, dan konstruksi terus melanjutkan tren pertumbuhan positif pada 2023.

Seperti diketahui, pemerintah memang tengah gencar melakukan hilirisasi sumber daya alam dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir guna menciptakan nilai tambah. Salah satu komoditas utama hilirisasi yaitu nikel.

Sementara, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2023 sebesar 5,05. Angka itu lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada 2022 yang mencapai 5,31 persen.

Plt Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, perlambatan ekonomi tersebut salah satunya didorong oleh melambatnya ekonomi global. Fenomena El Nino pun turut memengaruhi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement