Jumat 26 Jan 2024 16:15 WIB

KLHK dan USDA Forest Service Jalin Kerja Sama Dukung Implementasi FOLU Net Sink 2030

Kerja sama ini semakin menguatkan implementasi dan program pelestarian kehutanan.

Rep: syahruddin e/ Red: syahrudin el fikri
melalui Indonesias FOLU Net Sink 2030, pemerintah menargetkan tingkat serapan emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya pada 2030 akan seimbang atau bahkan lebih tinggi dari tingkat emisi.
Foto: dok KLHK
melalui Indonesias FOLU Net Sink 2030, pemerintah menargetkan tingkat serapan emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya pada 2030 akan seimbang atau bahkan lebih tinggi dari tingkat emisi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia menjalin kerja sama dengan the United States Department of Agriculture (USDA) Forest Service untuk mengimplementasikan strategi FOLU Net Sink 2030. Kerja sama dilakukan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, Siti Nurbaya, dengan Nota Kesepahaman (MoU) dengan the United States Department of Agriculture (USDA) Forest Service Chief, Randy Moore, di Jakarta, Selasa (23/1/2024).

MoU ini ditujukan untuk memperkuat kerja sama dalam pertukaran teknis dan penguatan kapasitas untuk mendukung Indonesia dalam implementasi strategi FOLU Net Sink 2030.

"Saya percaya bahwa kerja sama melalui kemitraan ini akan semakin kuat karena didasarkan pada bukti-bukti yang terukur, berdasarkan prinsip kedaulatan, saling menghormati, saling percaya, dan saling menguntungkan," ujar Menteri Siti dalam sambutannya usai penandatanganan MoU, melalui siara pers yang diterima Republika.

Lebih lanjut, Menteri Siti mengatakan melalui Rencana Operasional FOLU Net Sink 2030, Indonesia bertekad untuk bekerja, menjadi contoh, dan mendukung pencapaian komitmen iklim global dan nasional negara ini. Dengan melakukan hal tersebut, Indonesia juga dapat memastikan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.

"Oleh karena itu, MoU ini merupakan sebuah tonggak penting dalam rencana operasional Indonesia's FOLU Net Sink 2030," ujarnya.

Menteri Siti juga menyatakan kerja sama jangka panjang antara kedua belah pihak akan memperkuat upaya-upaya yang sedang berjalan dalam pengelolaan hutan multi-guna, dengan potensi penekanan khusus pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan hutan lestari; sistem perencanaan hutan; jasa penyuluhan hutan; penegakan hukum, khususnya untuk mendukung akademi polisi hutan Indonesia; serta kemampuan teknis pengendalian kebakaran hutan dan lahan.

Pada kesempatan itu, Chief Randy Moore mengatakan kerja sama ini merupakan hasil perbincangan Menteri Siti dengan Chief sebelumnya pada tahun 2018 lalu. MoU ini memperkuat landasan yang sudah dimiliki kedua belah pihak.

"Dan ini adalah kesempatan bagi kita untuk bekerja sama mengatasi tantangan perubahan iklim secara global. Indonesia memegang peranan yang sangat penting dalam isu ini di seluruh dunia," katanya.

Oleh karena itu, Ia berharap hubungan dan persahabatan yang terjalin dengan Indonesia adalah hubungan yang dapat terus berlanjut di tahun-tahun mendatang. Menurutnya, di bawah kepemimpinan Menteri Siti, Indonesia mampu berperan sebagai pemimpin global dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup dan kehutanan.

Pertemuan dilanjutkan presentasi oleh para direktur jenderal yakni Pengelolaan Hutan Lestari: Legalitas dan Keberlanjutan oleh Plt. Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) Agus Justianto; Perhutanan Sosial oleh Plt. Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) Bambang Supriyanto; Rehabilitasi Hutan dan Lahan oleh Dirjen Pengendalian DAS dan Rehabilitasi Hutan (PDASRH) Dyah Murtiningsih.

Selain itu juga disampaikan presentasi oleh Restorasi Gambut dan Mangrove oleh Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Sigit Reliantoro, dan Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Hartono; Konservasi oleh Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Satyawan Pudyatmoko; Penegakan Hukum oleh Dirjen Penegakan Hukum LHK (PHLHK) Rasio Ridho Sani; serta Perubahan Iklim dan Perdagangan Karbon oleh Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Laksmi Dhewanthi.

(syahruddin e)

 

sumber : KLHK
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement