REPUBLIKA.CO.ID, HOUSTON -- Harga minyak mentah dunia pada Senin (22/1/2024) naik dua persen menjadi 80,06 dolar AS per barel untuk acuan Brent dan 75,19 dolar AS per barel untuk acuan WTI.
Dilansir dari Reuters, kenaikan ini dipicu kekhawatiran pasar terhadap ketersediaan pasokan. Apalagi, ada serangan drone atau pesawat tanpa awak milik Ukraina. Kondisi geopolitik diperparah imbas cuaca dingin ekstrim di terminal bahan bakar milik Amerika.
Analis Again Capital LLC, John Kilduff menjelaskan situasi cuaca ekstrim di Amerika membuat negari paman sam tersebut membatasi produksi minyak di lapangan Dakota. Produksi minyak mentah AS pun turun 20 persen.
"Tantangan operasional pada pipa penyalur dan cuaca ekstrem di TBBM Nort Dakota menjadi pemicu pengurangan produksi," kata Kilduff dikutip dari Reuters, Selasa (23/1/2024).
Kondisi geopolitik antara Rusia - Ukraina serta Israel Gaza juga semakin membuat kekhawatiran pasar. Rantai pasok transportasi energi yang melalui laut merah juga menjadi terganggu.
"Investor ingin menjadi bullish, namun data yang lemah dan narasi yang hati-hati dari para pengambil kebijakan membuat mereka tetap berada dalam posisi yang tidak menguntungkan," kata Tamas Varga dari broker minyak PVM.
Perkiraan pertumbuhan permintaan terbaru oleh Administrasi Informasi Energi AS, Badan Energi Internasional dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak untuk tahun 2024 berkisar antara 1,24 juta dan 2,25 juta barel per hari, meskipun ketiga organisasi tersebut memperkirakan pertumbuhan permintaan akan melambat pada tahun 2025.