Kamis 18 Jan 2024 18:28 WIB

Pidato di Yogyakarta, AHY Sampaikan Pentingnya Pertahanan dan Hubungan Internasional 

AHY memandang Indonesia harus tetap peduli dan punya posisi penting.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Fernan Rahadi
Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ketika diwawancarai wartawan jelang acara Silaturahmi Ulama dan Tokoh Masyarakat Aceh - Mengenang 19 Tahun Tsunami Aceh di Kota Banda Aceh, Selasa (26/12/2023).
Foto: Republika/Febryan A
Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ketika diwawancarai wartawan jelang acara Silaturahmi Ulama dan Tokoh Masyarakat Aceh - Mengenang 19 Tahun Tsunami Aceh di Kota Banda Aceh, Selasa (26/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan sejumlah visi, misi dan komitmen Partai Demokrat di bidang pertahanan, keamanan, dan hubungan internasional. AHY menilai urusan pertahanan keamanan dan hubungan internasional dipandang penting mengingat pada akhirnya isu tersebut akan berkaitan dengan urusan ekonomi. 

Menurutnya urusan pertahanan negara dan hubungan internasional kerap kali diabaikan seolah-olah hal tersebut merupakan persoalan negara lain. Ia menilai pandangan tersebut tidaklah tepat.

"Menurut kami, pandangan seperti ini kurang tepat. Kita hidup dalam tatanan dunia yang saling berkaitan dan mempengaruhi," kata AHY di Hotel Sheraton Mustika, Yogyakarta, Kamis (18/1/2024). 

AHY juga mengingatkan bahwa konstitusi mengamanahkan bangsa Indonesia untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang diperjuangkan melalui politik luar negeri bebas aktif. Sejarah juga telah  mencatat  bahwa sejak pemerintahan Presiden Sukarno Indonesia telah berperan aktif berperan di dunia. Oleh karena itu, AHY memandang Indonesia harus tetap peduli dan punya posisi penting di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian.

Ia pun mencontohkan bagaimana produksi mie instan sangat bergantung pada pasokan gandum dari luar negeri. Salah satu pemasok utamanya adalah Ukraina. Sehingga saat terjadi perang di Ukraina maka pasokan produksi gandum menjadi sangat terbatas. 

"Akibatnya, gandum menjadi langka. Kelangkaan gandum, mengakibatkan harganya meroket. Karena harga yang semakin mahal, maka daya beli rakyat menurun," ucapnya.

Selain efek perang, AHY mengatakan efek pandemi juga membuat permintaan barang turun. Dampaknya, Indonesia kehilangan pasar. Sehingga, beberapa perusahaan di tanah air sebagai bagian supply chain dunia berpotensi tutup.

"Pada akhirnya, pengangguran meningkat. Contohnya, pabrik sepatu di Banten yang tutup; karena menurunnya perhelatan olahraga dunia akibat pandemi," ungkapnya.

Untuk itu, dirinta menilai bangsa Indonesia  tidak bisa menutup diri dari pergaulan internasional. Globalisasi tidak hanya menghadirkan tantangan, tapi juga peluang. 

"Tugas kita, mengambil hal baik dari globalisasi, dan mencegah hal yang buruk. Di sinilah pentingnya hubungan dan kerja sama internasional," ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement