Sabtu 09 Dec 2023 20:55 WIB

OJK Harap Mahasiswa Melek Keuangan Agar tak Tergoda Tawaran Investasi Ilegal

Kurang literasi keuangan bisa membuat anak muda jadi konsumtif di usia produktif.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Fuji Pratiwi
Anak muda (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Anak muda (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berupaya meningkatkan literasi keuangan di kalangan mahasiswa. Tujuannya agar para generasi muda tersebut bisa memanfaatkan produk keuangan yang sesuai secara maksimal.

"Suatu saat mahasiswa akan menjadi kelompok usia produktif. Tanpa literasi keuangan yang baik, bukan tidak mungkin malah konsumtif saat usia produktif," ujar Analis Deputi Direktur Pelaksanaan Edukasi Keuangan OJK Enriche Putera Hutama dalam Webinar Digital Safety Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila, Sabtu (9/12/2023).

Baca Juga

Enriche menuturkan, regulator terus berusaha mendorong literasi keuangan. Salah satunya melalui kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan guna edukasi.

Itu karena, kata dia, tingkat literasi keuangan di Tanah Air masih rendah. Bahkan, ketimpangan dengan tingkat inklusi keuangannya masih jauh.

"Kesenjangan ini yang membuat masyarakat kita belum optimal. Ini akan menjadi masalah baru, orang yang tidak cukup akan rentan sekali tertarik dengan tawaran investasi yang tidak bertanggung jawab," kata dia.

Kondisi tersebut, lanjut dia, menyebabkan banyak pengaduan di OJK akibat literasi keuangan yang rendah. Enriche menegaskan, orang dengan literasi keuangan rendah tidak bisa menggunakan produk keuangan dalam mencapai rencana keuangan optimal.

Maka, sambungnya, diharapkan mahasiswa bisa menjadi jalan pintas bagi masyarakat Indonesia agar cakap keuangan. Dilihat dari pekerjaan, ungkapnya, tingkat literasi keuangan mahasiswa masih rendah pula.

Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022 yang sudah dirilis secara resmi oleh OJK, terlihat indeks literasi dan inklusi keuangan di Indonesia mengalami kenaikan menjadi 49,68 persen dan 85,10 persen. Meningkat dibandingkan 2019 yang masing-masing sebesar 76,19 persen dan 38,03 persen.

Enriche menanbahkan, meski baru 12 tahun berdiri dan jumlah kantor cabangnya masih terbatas atau sekitar 35, tapi edukasi harus terus berjalan. "Kantor cabang kita belum ada di semua provinsi seperti Maluku, Papua Barat, Bangka Belitung belum ada, tapi program literasi keuangan harus terus jalan, bisa diakses sendiri lewat website Sikapi Uangmu," kata Enriche menjelaskan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement