REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Profesi petani kian tidak diminati oleh masyarakat terutama generasi muda. Tidak adanya regenerasi petani di usia muda tentu menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi pertanian Indonesia di masa mendatang.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang, Avicenna Medisica Saniputera mengaku pernah beberapa kali melakukan kunjungan dan pertemuan dengan para petani di daerahnya.
"Itu anggota yang hadir usianya di atas 40 tahun, 45 mungkin, sehingga untuk 25 tahun ke depan, ini ada sedikit rawan kalau tidak bisa menumbuhkan keminatan petani muda," jelas Avicenna saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (5/12/2023).
Dia teringat adanya keterlambatan panen tebu di Kabupaten Malang pada tahun lalu. Panen tebu biasanya sudah selesai pada akhir November. Namun pada tahun itu, kata dia, tidak semua panen dapat dilaksanakan tepat waktu.
Mengetahui kondisi tersebut, pihaknya pun berusaha mendalami masalah itu. Hasilnya didapatkan bahwa terdapat kelangkaan tenaga kerja untuk lahan atau buruh panen tebu. Sebagian besar para buruh tebu di daerahnya sudah tua dan sulit mendapatkan regenerasinya.
Avicenna tidak menampik situasi tersebut menjadi kerisauan tersendiri baginya. "Jadi kerisauan bersama bagaimana pertanian ini, bagaimana kalau pemudanya tidak mau respons, tidak tertarik dan tidak minat. Tentunya ini perlu langkah-langkah," ucapnya.
Menurut dia, pemerintah pusat bersama pemerintah daerah telah memulai upaya untuk meningkatkan jumlah petani muda. Salah satunya dengan program pelatihan petani milenial yang telah dilaksanakan sejak 2021. Hingga saat ini, setidaknya terdapat 6.000 petani muda yang dihasilkan di daerahnya.
Petani muda telah mendapatkan....