Sabtu 02 Dec 2023 17:35 WIB

Pusat Pengembangan Pariwisata ITB Ungkap Tren Pergerakan Wisatawan

Pariwisata berkelanjutan harus diterapkan spesifik dalam kepariwisataan Indonesia.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Fuji Pratiwi
Foto aerial Danau Toba dari kawasan wisata menara pandang Tele di Turpuk Limbong, Harian, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Minggu (21/2/2021).
Foto: ANTARA/Nova Wahyudi
Foto aerial Danau Toba dari kawasan wisata menara pandang Tele di Turpuk Limbong, Harian, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Minggu (21/2/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kampus ITB mendorong pembangunan pariwisata berkelanjutan di Indonesia. Pascapandemi Covid-19 tren pergerakan wisatawan Nusantara dan wisatawan mancanegara yang berkunjung di Indonesia mengalami peningkatan yang positif.

Kepala Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan (P-P2Par) ITB Prof Heru Purboyo Hidayat mengatakan, tren pergerakan wisatawan pascapandemi Covid-19 terus mengalami peningkatan. Kondisi itu ditunjang dengan daya saing pariwisata Indonesia menempati peringkat 32 dari sebelumnya 44 pada Tourism and Travel Development Index yang dikeluarkan World Economic Forum 2021.

Baca Juga

"Indonesia bergerak positif dalam proses pembangunan kepariwisataan," ucap dia saat acara FGD dengan tema Sustainable Tourism Observatory and Sustainability report di Gedung Science and Technopark ITB belum lama ini melalui keterangan resmi yang diterima belum lama ini. 

Di sisi lain praktisi pariwisata sekaligus akademisi ITB Myra P Gunawan mengatakan pariwisata berkelanjutan harus diterapkan secara spesifik dalam dunia kepariwisataan Indonesia. Tidak hanya itu, harus memperhatikan karakteristik Indonesia sebagai negara kepulauan dan memiliki ciri khas sosial budaya.

"Standar berkelanjutan dalam kontek Indonesia tidak serta merta hanya mengacu kepada standar yang ditetapkan organisasi luar karena sering tidak selaras dengan yang ada," kata dia.

Ia menuturkan pemangku kepentingan pun harus memahami tentang konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan. Sebab konsep tersebut harus didukung oleh kebijakan yang masif, terintegrasi dan berkelanjutan serta pemahaman merata di lapangan.

Staf ahli bidang pembangunan berkelanjutan Frans Teguh mengatakan sejak tahun 2016 bersama perguruan tinggi membentuk Monitoring Centre For Sustainable Tourism Observatory (MCSTO). Saat ini terdapat lima MCSTO yaitu di MCSTO ITB dengan lokasi monitoring di Pangandaran.

Selain itu, MCSTO UGM di Sleman, Unram di Lombok, USU di Medan dan Udayana di Sanur Bali. Kelima MCSTO sudah terdaftar di International Network of Sustainable Tourism Observatories Indonesia (INSTO).

"MCSTO adalah inisiatif yang dikembangkan INSTO untuk mempromosikan pariwisata berkelanjutan dan mengumpulkan data informasi tentang dampak pariwisata terhadap berbagai tujuan berkelanjutan seperti tata kelola, ekonomi, lingkunhgan dan sosial budaya," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement