Rabu 29 Nov 2023 22:29 WIB

Kebijakan Makroprudensial Longgar pada 2024 akan Dipertahankan

Seluruh insentif likuiditas Rp 159 triliun akan dimaksimalkan.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Lida Puspaningtyas
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan press statement mengenai kondisi ekonomi Indonesia saat menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Gedung BI, Rabu (29/11/2023) malam.
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan press statement mengenai kondisi ekonomi Indonesia saat menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Gedung BI, Rabu (29/11/2023) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan kebijakan makroprudensial longgar akan dipertahankan pada 2024. Dia menuturkan, hal tersebut dilakikam untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga pada 2024.

"Pertama, peningkatan insentif likuiditas makroprudensial untuk mendorong kredit pembiayaan ke sektor sektor prioritas," kata Perry dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Gedung BI, Rabu (29/11/2023) malam.

Baca Juga

Dia menjelaskan, seluruh insentif likuiditas Rp 159 triliun akan dimaksimalkan. Bahkan juga dengan adanya tambahan sekitar Rp 20 triliun menurutnya dapat dimanfaatkan oleh perbankan.

Perry menambahkan, instrumen makroprudensial lainnya jiga akan tetap longgar hingga Desember 2024. Lalu juga penurunan rasio penyangga likuiditas makroprudensial (PLM) mulai desember 2023 ini menambah fleksibilitas likuiditas sebesar Rp 81 triliun.

"Untuk itu kami mohon para perbankan untuk menggunakan ini menyalurkan kredit dan juga menjaga stabilitas sistem keuangan," ucap Perry.

Perry menambahakan, penguatan surveillance sistemik juga dilakukam untuk terus menjaga stabilitas sistem keuangan. Dia memastikam hal tersebut dilakukan dengan berkoordinasi erat bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement