REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Imbas pemanasan global 3,6 miliar orang di dunia rentan terdampak atas perubahan iklim. Executive Secretary of the United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Simon Stiell memastikan pada perhelatan Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2023 atau COP 28 yang digelar, Kamis (30/11/2023) akan mengedepankan akses keadilan bagi seluruh umat manusia.
"Sekian lama dari tindak lanjut Paris Agreement 2015 silam hingga hari ini gap antara negara maju dan berkembang masih terbuka lebar. Minimnya akses dan implementasi aksi perubahan iklim membuat 3,6 miliar orang di muka bumi ini rentan terdampak," kata Simon dalam konferensi pers persiapan pembukaan COP 28 di Dubai, Rabu (29/11/2023).
Simon menegaskan pada COP 28 tahun ini seluruh negara akan menjelaskan implementasi mitigasi perubahan iklim yang telah dilakukan dan realisasi kolaborasi dalam mengurangi emisi karbon.
"Kami sangat menyadari bahwa secara teknis berbagai kesepakatan dan program sulit dijalankan oleh beberapa negara tanpa dukungan konkrit. Kami berharap dalam COP 28 kali ini, semua bisa membawa pulang kebijakan yang komperhensif dan aksi nyata ke negara masing masing," kata Simon.
Hal penting kata Simon adalah agenda transisi energi dan mitigasi perubahan iklim mestinya mampu menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi masing masing negara di dunia ini. Lewat kerja sama antar negara yang optimal, justru langkah mitigasi iklim bisa membangun sektor ekonomi baru dan lapangan pekerjaan baru.
"Baik itu peluang dalam hal ekonomi hijau, lapangan kerja menciptakan peluang ekonomi yang telah dihadirkan. Keamanan energi untuk semua, pasokan energi untuk semua dan tentu saja, dunia yang lebih sedikit polusinya untuk menyediakan lingkungan yang sehat," tegas Simon.