REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjadi tuan rumah penyelenggaraan High Level Official Meeting (HLOM) ke-11 dari Asia Pacific Regional Forum of Health and Environment (APRFHE). Bertema “The Role of Strategic Health and Environment on National Development to Achieve the SDGs”, HLOM ke-11 APRFHE 2023 dihadiri oleh 125 delegasi dari 10 negara dan dua organisasi internasional yaitu UNEP dan WHO.
Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono bersama Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Sigit Reliantoro yang mewakili Menteri LHK, secara resmi membuka kegiatan yang diagendakan berlangsung selama dua hari hingga Kamis (23/11/2023).
Turut hadir pada diskusi Technical Working Group (TWG) yaitu Deputy WHO Representative untuk Indonesia, Momoe Takeuchi, dan Deputy Regional Director UNEP Asia Pacific, Marlene Nilsson. HLOM ke-11 membahas mengenai tata kelola APRFHE, persoalan finansial, dan mekanisme pemantauan, serta isu strategis dan teknikalitas relevan.
Para delegasi membahas isu masalah kesehatan yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan sebaliknya, serta pengembangan kebijakan publik yang inklusif dan adil sebagai solusi. Selain itu, negara-negara yang bergabung sepakat untuk memperkuat peran APFRHE dalam sektor lingkungan dan kesehatan di regional Asia Pacific.
Sigit Reliantoro mewakili Menteri LHK Siti Nurbaya menyatakan Indonesia sadar akan pentingnya pendekatan nasional dan internasional untuk mengembangkan pertanggungjawaban kelingkungan, kesehatan yang kemudian akan digunakan untuk membangun kesehatan sosial dan lingkungan. Maka itu, diskusi ini dimaknai untuk memperkuat kolaborasi antara bagian APRFHE.
Dia juga mendorong perspektif pembaruan tematik dan ilmiah dari negara-negara anggota APRFHE, terutama mengenai terkait delapan Working Groups (TWGs) yang sudah ada. Maka begitu, Siti mengharapkan seluruh tujuan dapat tercapai, mulai dari meraih syarat standar kesehatan yang baik, pembangunan nasional, hingga Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Dalam hal memperkuat kerja sama dan kolaborasi antar anggota APRFHE, Menteri LHK berharap representatif regional World Health Organization (WHO) dan United Nations of Environment Programme (UNEP) dapat menyampaikan pandangan mereka. Sebab, dibutuhkan bersatunya aksi dan kolaborasi bersama yang diperkuat melalui pembelajaran dari pengalaman menghadapi rintangan pada masa lalu, bekal masa mendatang.
“Mari kita menjaga kolaborasi bertingkat tinggi ini dengan mempergiat diskusi, saling berbagi pengetahuan dan praktik, meningkatkan kapasitas pembangunan perkembangan teknologi serta inovasi pengelolaan dalam lingkup kesehatan dan lingkungan”, ujar Siti melalui pernyataan resmi, Rabu (22/11/2023).
Bergantung Alam dan Lingkungan Sekitar
Sementara itu, Wamenkes Dante Saksono, menjelaskan bahwa kesehatan manusia bergantung pada alam dan lingkungan di sekitarnya. Dampak iklim dapat disoroti melalui persinggungan antara kesehatan dan lingkungan, sehingga melalui pendekatan kesehatan bisa juga untuk mencapai tujuan keseimbangan kesehatan manusia dan lingkungan secara berkelanjutan.
"Tubuh manusia itu bagaikan bumi. Bumi kini tengah menghadapi seperti halnya yang dilakukan tubuh ketika suhu naik, yaitu memberi sinyal peringatan. Saat ini, bumi menghadapi kenaikan suhu hingga 0,5 derajat celsius yang disebabkan oleh manusia. Bila situasi ini diabaikan, bumi akan menghadapi konsekuensi yang tak lagi bisa kita perbaiki,” ujar Dante.
Asia Pacific Regional Forum of Health and Environment (APRFHE) adalah forum diskusi sebagai bentuk wadah bagi bidang kesehatan dan lingkungan untuk membentuk kebijakan dan intervensi bersifat nasional dan regional, dengan tujuan meningkatkan serta menjaga kesehatan dan lingkungan, sekaligus mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Sementara High Level Official Meeting (HLOM) merupakan pertemuan rutin setiap 18 bulan untuk mendiskusikan titik fokus hal-hal terkait forum regional yang dihadiri oleh level Eselon I dan Ministerial Meeting. Indonesia menjadi ketua APRFHE periode 2020 - 2024 sesuai dengan kesepakatan pada Ministerial Meeting di Manila, Filipina pada 2016.
Beberapa agenda sempat tertunda ketika masa pandemi COVID-19 pada 2020 hingga 2021, sebab adanya kondisi yang memiliki urgensi lebih tinggi yaitu pengalihan anggaran demi penanganan pandemi yang melanda. APRFHE pertama kali diinisiasi pada 2004 dengan nama Regional Forum on Environment and Health (APRFHE), sebanyak 14 negara menjadi anggota, sebelum nama, tujuan, dan target direvisi pada Ministerial Meeting ke-4 pada 2016 dengan anggota saat ini bertotal 51 negara.
Selama masa penjabatan, Indonesia akan mengadakan rangkaian pertemuan mulai dari Ministerial Meeting setiap tiga tahun, High Level Official Meeting (HLOM) dalam kurun 18 bulan sekali, dua kali dalam lima tahun Technical Working Group (TWG), serta Scientific Panel Meeting setahun sekali.
Setelah kegiatan diskusi pada hari kedua esok para delegasi akan diajak berkunjung ke Taman Wisata Alam Mangrove Kapuk Jakarta untuk melakukan kegiatan penanaman dan susur mangrove.