Selasa 21 Nov 2023 09:47 WIB

Tunggu Risalah The Fed, Gerak IHSG Jadi Galau

IHSG sempat dibuka turun pagi ini, namun sesaat kemudian kembali menguat.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pengunjung mengamati data saham melalui aplikasi IDX Mobile di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengunjung mengamati data saham melalui aplikasi IDX Mobile di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak variatif di awal perdagangan Selasa (21/11/2023). IHSG sempat dibuka turun pagi ini, namun sesaat kemudian kembali menguat hingga ke level 7.010,97.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih memprediksi IHSG akan bergerak dalam rentang 6.933-7.000 sepanjang hari ini. "Pekan ini terdapat katalis yang berpotensi mempengaruhi pergerakan IHSG yaitu data transaksi berjalan," kata Ratih.

Baca Juga

Data transaksi berjalan Indonesia pada kuartal III 2023 berpotensi menurun sejalan dengan landainya surplus neraca perdagangan. Pelaku pasar juga menantikan keputusan suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) yang berpotensi tetap di level enam persen.

Sementara itu, investor asing pada perdagangan kemarin mencatatkan jual bersih di pasar ekuitas domestik senilai Rp 266,17 miliar. Pada periode yang sama nilai tukar rupiah kembali menguat 3,30 persen kurs Jisdor tercatat Rp 15.419 per dolar sejak awal November 2023. 

"Performa tersebut seiring dengan imbal hasil US Treasury untuk tenor 10 tahun kembali terkoreksi ke level 4,46 persen," jelas Ratih.

Dari mancanegara, pelaku pasar menantikan risalah The Fed yang akan dirilis minggu ini sebagai gambaran kebijakan pada FOMC awal Desember mendatang. Sebelumnya dalam dua pertemuan terakhir, The Fed menahan kenaikan suku bunga sebesar 5,25 persen-5,5 persen. 

Dari Asia, Bank Sentral China (PBoC) pada November 2023 mempertahankan suku bunga pinjaman acuan (LPR) untuk tenor satu tahun yang biasanya digunakan untuk pinjaman rumah tangga dan korporasi tetap sebesar 3,45 persen. 

Sejalan dengan keputusan tersebut, suku bunga tenor lima tahun yang merupakan benchmark dalam pinjaman properti juga dipertahankan selama enam bulan beruntun di level  4,2 persen. Kedua suku bunga China tersebut merupakan level terendah sepanjang masa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement