Ahad 19 Nov 2023 18:37 WIB

Ekonom Proyeksikan Tingkat Konsumsi Masyarakat pada 2024 Tetap Tinggi

Seluruh lapangan usaha diprediksi tumbuh positif pada 2024.

Seorang wanita mengenakan masker saat berbelanja di supermarket di tengah pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung di Banda Aceh, Indonesia, 10 Februari 2022.
Foto: EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Seorang wanita mengenakan masker saat berbelanja di supermarket di tengah pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung di Banda Aceh, Indonesia, 10 Februari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo memproyeksikan tingkat konsumsi masyarakat di Tanah Air pada 2024 masih tetap tinggi yang didorong oleh adanya pelaksanaan pemilu.

"Aktivitas pemilu akan memutar roda perekonomian karena memacu belanja domestik," ujar Banjaran dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Ahad (19/11/2023).

Baca Juga

Ia menjelaskan, konsumsi masyarakat pada kuartal III 2023 masih tetap terjaga yang tecermin dari kondisi suplai dari manufaktur yang konsisten berada di zona ekspansif dengan Prompt Manufacturing Index (PMI) di atas 50 persen.

Banjaran mengatakan, seluruh lapangan usaha diprediksi tumbuh positif pada 2024 yang didorong oleh kuatnya konsumsi rumah tangga.

Dengan demikian, kata dia, perekonomian Indonesia akan tetap menjaga tren pertumbuhan yang positif meskipun dalam kondisi ketidakpastian global akibat konflik geopolitik maupun perlambatan ekonomi.

"Ekonomi kita pada 2024 kami perkirakan masih tumbuh berkisar 5-6 persen karena masih kuatnya daya beli masyarakat," kata Banjaran.

Lebih lanjut, ia menilai kondisi perekonomian di tingkat global pada 2024 masih akan melambat, dipicu kebijakan moneter yang ketat dari bank sentral negara-negara maju seperti Amerika Serikat, seperti suku bunga acuan bank yang masih dijaga tinggi sejak 2023.

Kondisi inflasi global semakin semakin terkendali tetapi masih ada risiko kenaikan harga komoditas yang didorong oleh ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina atau Israel-Palestina.

Ia menambahkan, selain itu terdapat risiko dari perubahan iklim dan gangguan cuaca el nino yang berpotensi menghambat produksi pangan hingga paruh awal 2024.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement