Sabtu 18 Nov 2023 20:06 WIB

Dukung Target NZE 2060, Wartsila Bawa Teknologi Dekarbonisasi Terbaru

Tahun lalu, Wartsila membuat model sistem ketenagalistrikan net zero di Indonesia

Perusahaan penyedia teknologi energi asal Finlandia Wartsila Energy mendukung target Pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 dengan membawa teknologi terbaru tentang dekarbonisasi.
Foto: Dok istimewa
Perusahaan penyedia teknologi energi asal Finlandia Wartsila Energy mendukung target Pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 dengan membawa teknologi terbaru tentang dekarbonisasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan penyedia teknologi energi asal Finlandia Wartsila Energy mendukung target Pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 dengan membawa teknologi terbaru tentang dekarbonisasi. 

Presiden Wartsila Energy Anders Lindberg menyatakan Wartsila sedang mengembangkan teknologi baru dan layanan baru tentang dekarbonisasi, dan kami akan membawa teknologi tersebut ke Indonesia, yang dikembangkan dan dihadirkan skala global. 

Menurutnya, NZE merupakan sebuah pendakian yang menanjak, yang membutuhkan penggunaan kapasitas energi terbarukan sebesar 1.100 GW di seluruh Asia Tenggara dalam 30 tahun mendatang.

"Sebagai gambaran, kita perlu menambahkan lebih dari 25 GW kapasitas tenaga surya dan angin setiap tahunnya hingga tahun 2050. Meskipun jumlah ini setara dengan seluruh kapasitas yang ada saat ini di kawasan ini, namun hal ini dapat dilakukan,” kata Anders melalui siaran pers, Jumat (17/11/2023).

Dia menjelaskan, dengan berinvestasi pada energi terbarukan, tidak hanya dapat mengurangi emisi CO2, namun juga mengurangi biaya listrik secara keseluruhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Menambahkan energi terbarukan saja, tanpa menambahkan fleksibilitas adalah jalan buntu menuju net zero,” ujarnya.

Sementara itu Direktur Solusi Energi PT Wartsila Indonesia Febron Siregar menambahkan, energi terbarukan memiliki tantangan tersendiri karena produksi energinya bersifat intermiten dan sangat bervariasi.

Oleh karena itu, energi tersebut perlu diimbangi dengan kapasitas yang fleksibel seperti mesin penyeimbang jaringan dan penyimpanan energi untuk memastikan daya yang stabil dan andal.

Tahun lalu, Wartsila membuat model sistem ketenagalistrikan net zero di Indonesia, Vietnam, dan Filipina. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa sistem tenaga listrik yang fleksibel dapat mendukung integrasi lebih banyak energi terbarukan.

"Ketika mempertimbangkan kemungkinan pajak karbon di masa depan, bauran energi yang hemat biaya dapat menurunkan tingkat biaya listrik sebesar lebih dari 20 persen,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement