REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Generasi Z atau penduduk usia muda disebut mendominasi jumlah pengangguran di Tanah Air. Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah, mengatakan hal ini mencerminkan ketidakmampuan perekonomian menyediakan lapangan kerja yang cukup.
"Pertumbuhan angkatan kerja yang lebih dari tiga juta jiwa per tahun tidak bisa diserap oleh pertumbuhan ekonomi," ujar Piter saat dihubungi, Sabtu (11/11/2023).
Situasi tersebut cukup memprihatinkan mengingat Indonesia sedang mengalami bonus demografi. Bonus demografi terjadi saat jumlah penduduk usia produktif jauh lebih banyak dibandingkan penduduk usia lanjut yang tidak produktif. Mereka yang masuk usia produktif termasuk kelompok gen Z.
Menurut Piter, banyaknya pengangguran pada kelompok penduduk usia produktif termasuk gen Z mengindikasikan perekonomian tidak mampu menyediakan lapangan kerja formal yang cukup, sehingga sebagian dari gen Z masuk ke sektor informal. Namun sebagiannya lagi menjadi pengangguran.
Berdasarkan survei angkatan kerja nasional (Sakernas) pada Agustus 2023, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,86 juta dari total angkatan kerja mencapai 147,71 juta orang. Mayoritas didominasi oleh penduduk usia 15-24 tahun atau yang tergolong gen Z.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tingkat pengangguran terbuka (TPT) per Agustus 2023 sebesar 5,32 persen turun dari level Agustus 2022 sebesar 5,86 persen. Hal ini lantaran jumlah pengangguran juga turun 560 ribu orang dari Agustus 2022.
Berdasarkan catatan tersebut, terdapat sekitar lima penganggur dari setiap 100 orang. Jumlah TPT penduduk kelompok umur muda, merupakan yang tertinggi, mencapai 19,40 persen meskipun levelnya turun dari Agustus 2022 sebesar 20,63 persen.