Senin 06 Nov 2023 09:13 WIB

100 Dokter Israel Dorong Tentara Lebih Banyak Mengebom Rumah Sakit Gaza

Ambulans juga menjadi sasaran tentara Israel selama perang di Gaza.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Kondisi rumah sakit al-Ahli, di Kota Gaza, pasca diserang oleh rudal Israel pada 18 Oktober 2023.
Foto: AP Photo/Abed Khaled
Kondisi rumah sakit al-Ahli, di Kota Gaza, pasca diserang oleh rudal Israel pada 18 Oktober 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sekitar 100 dokter Israel menandatangani surat terbuka yang menyerukan tentara mengebom rumah sakit di Gaza. Dalam surat yang diterbitkan media Israel para dokter mengatakan Hamas menggunakan rumah sakit itu sebagai markas.

"Organisasi teroris menggunakan rumah sakit-rumah sakit sebagai markas mereka, selama bertahun-tahun warga Israel menderita akibat teror mematikan," kata para dokter seperti dikutip Middle East Eye, Senin (6/11/2023).

Baca Juga

"Warga Gaza menganggap perlu untuk mengubah rumah sakit menjadi sarang teroris untuk mengambil keuntungan dari moralitas Barat, merekalah yang membawa kehancuran pada diri mereka sendiri; terorisme harus dihilangkan di mana-mana. Menyerang markas teroris adalah hak dan kewajiban tentara Israel."

Surat itu juga mengatakan sudah menjadi "kewajiban" tentara untuk menargetkan rumah sakit yang diduga digunakan menampung Hamas. Para dokter itu menggambarkan Hamas lebih buruk dari ISIS dan harus dihancurkan sampai rata dengan tanah.

"Mereka yang menyamakan rumah sakit dengan teroris harus mengerti rumah sakit tidak aman bagi mereka," kata para dokter dalam surat tersebut.

Dokter keturunan Inggris-Palestina yang kini berada di Gaza, Ghassan Abu Sitta mengecam surat terbuka tersebut di media sosial X. "100 dokter Israel menandatangani petisi menyerukan penghancurkan rumah sakit di seluruh Gaza, Orang-orang baik dengan sikap perguruan tinggi yang baik. Mereka pasti mengambil sumpah Hipokrates yang sama seperti Harold Shipman," tulisnya.

Ia merujuk pada seorang dokter Inggris dan pembunuh berantai yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada tahun 2000. Sejak serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu Israel berulangkali membom rumah sakit-rumah sakit Gaa.

Dalam membalas serangan tersebut angkatan bersenjata Israel meluncurkan serangan paling agresif ke Gaza. Menghancurkan pemukiman dan membom rumah sakit dan infrastruktur sipil.

Pada pertengahan Oktober angkatan bersenjata Israel membom rumah sakit al-Ahli, menewaskan 471 orang. Dalam satu pekan daerah rumah sakit al-Quds juga berulang kali dibom, menyebabkan pasien yang terluka menderita karena menghirup asap.

Pengeboman di dekat rumah sakit, tempat 14.000 warga Palestina berlindung, menyebabkan kerusakan pada rumah sakit dan membuat orang-orang panik. Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan pada 3 November pesawat tempur Israel mengebom pintu masuk rumah sakit terbesar di Gaza, al-Shifa, menyebabkan sedikitnya 15 orang tewas dan 60 lainnya luka-luka.

Bom juga dijatuhkan di halaman Rumah sakit Indonesia. “Saya ngeri dengan laporan serangan di Gaza terhadap konvoi ambulans di luar Rumah Sakit al-Shifa,” kata Sekjen PBB Antonio Guterres pada Jumat (3/11/2023) malam.

"Gambar mayat yang berserakan di jalan di luar rumah sakit sungguh mengerikan, selama hampir satu bulan, warga sipil di Gaza, termasuk anak-anak dan perempuan, telah dikepung, tidak diberi bantuan, dibunuh, dan rumah mereka dibom, ini harus dihentikan," tambahnya.

Sumber medis dan keamanan mengatakan sejak Sabtu (4/11/2023) warga Palestina yang terluka dan pemegang paspor asing dilarang meninggalkan Gaza melalui penyeberangan Rafah. Salah satu sumber keamanan dan medis mengatakan evakuasi dihentikan setelah serangan Israel pada Jumat terhadap ambulans yang mengangkut orang-orang terluka di Gaza.

Ambulans juga menjadi sasaran selama perang, dan setidaknya 15 ambulans tidak dapat digunakan sama sekali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement