Kamis 02 Nov 2023 14:10 WIB

Kemenkes Kesulitan Tangani Cacar Monyet karena Terjadi di Kelompok LGBT

Lebih dari 90 persen kasus cacar monyet di dunia dilaporkan pada populasi homoseksual

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Friska Yolandha
Ilustrasi penderita homoseksual. Pelacakan kasus cacar monyet terkendala karena penyebaran terjadi pada komunitas tertentu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut proses tracing atau pelacakan kasus cacar monyet terkendala oleh penyebaran yang terjadi pada komunitas tertentu saja. Namun, Kemenkes tetap terus melakukan upaya edukasi kepada kelompok berisiko tinggi dan masyarakat umum untuk menekan penyebaran kasus penyakit itu.

“Kesulitan karena ini pada populasi tertentu. Upaya untuk edukasi masyarakat umum maupun kelompok yang berisiko tinggi untuk mencegah (terus dilakukan),” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi kepada Republika.co.id, Kamis (2/11/2023).

Pemberian edukasi dan informasi itu berupa mendorong bagi yang mengalami gejala cacar monyet untuk segera mendapatkan pengobatan dan melakukan isolasi. Lalu, kata dia, Kemenkes juga memberikan edukasi dan informasi kepada mereka yang terkena gejala untuk tidak melakukan hubungan seksual.

“Segera mendapatkan pengobatan dan isolasi serta tidak melakukan hubungan seks,” kata Nadia.

Nadia menyebutkan, populasi tertentu itu terkait dengan komunitas yang berperilaku seks berisiko, yakni lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Dia mengakui, populasi tertentu itu sulit untuk dilacak karena karakteristrik mereka yang tertutup. 

Kemenkes juga memperkuat pengawasan atau penemuan kasus aktif di seluruh fasilitas kesehatan dalam upaya penanggulangan cacar monyet. Dalam upaya itu, Kemenkes bekerja sama dengan komunitas atau relawan untuk menjangkau kelompok-kelompok tertentu untuk bisa melakukan deteksi, terutama dalam mencari kontak erat.

“Kita dalami setiap kasus, langsung kita lakukan penyelidikan epidemiologi dan juga penyiapan laboratorium rujukan,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu lewat keterangannya, Rabu (1/11/2023).

Sejumlah laboratorium memiliki kemampuan....

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement