Senin 30 Oct 2023 14:06 WIB

Tergiur Suku Bunga Tinggi, Investor Asing Tinggalkan Pasar Saham Indonesia

Meski demikian, prospek pasar saham masih positif sampai akhir tahun ini.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Foto multiole eksposure pengunjung mengamati data saham melalui aplikasi IDX Mobile  di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Kantor BEI, Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Foto multiole eksposure pengunjung mengamati data saham melalui aplikasi IDX Mobile di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Kantor BEI, Jakarta, Kamis (24/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar saham Indonesia berada dalam tekanan seiring investor asing yang terus melakukan aksi jual. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing mencatatkan jual bersih (net sell) Rp 5,83 triliun per 27 Oktober 2023. 

Kondisi tersebut juga tercermin dari indeks harga saham gabungan (IHSG) yang mengalami koreksi sejak awal tahun ini. Secara year to date (ytd) IHSG telah terpangkas 1,75 persen, bahkan dalam sebulan terakhir, penurunan IHSG mencapai lebih dari tiga persen. 

Baca Juga

Faktor suku bunga tinggi disebut menjadi penyebab memburuknya kinerja pasar saham domestik. Pada Kamis (19/10/2023) lalu, Bank Indonesia (BI)  menaikkan tingkat suku bunga acuan secara tidak terduga menjadi enam persen. 

"Ini membuat gejolak di pasar sehingga beberapa hari berikutnya saham tertekan," kata analis riset Infovesta Kapital Advisory Arjun Ajwani, Senin (30/10/2023). 

Selain itu, kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS yang melonjak membuat surat berharga negara (SBN) bertenor 10 tahun turut naik. Hal ini dikarenakan adanya sentimen dari bank sentral AS Federal Reserve yang dinilai terlalu hawkish oleh pasar. 

Menurut Arjun, kenaikan yield obligasi di AS yang sempat menembus level lima persen dan nilai tukar rupiah yang tertekan menuju ke level Rp 16.000 bisa mendorong BI kembali menaikkan suku bunga lagi lebih lanjut. Hal ini diproyeksi akan kembali menekan kinerja pasar saham domestik.

Meski demikian, Arjun melihat, prospek pasar saham masih positif sampai akhir tahun ini. Arjun memproyeksi IHSG berpeluang tembus ke level 7.200. Proyeksi tersebut ditopang perekonomian domestik yang masih resilient terlepas dari nilai tukar dan nilai neraca perdagangan. 

Indikator makroekonomi disebut masih kondusif terlihat dari pertumbuhan ekonomi, inflasi yang makin rendah, daya beli yang masih tinggi, pertumbuhan kredit yang masih tinggi hingga sektor manufaktur yang masih kuat. Selain itu, valuasi pasar saham saat ini dinilai sangat menarik.

"Ada juga potensi window dressing di Desember yang diharapkan akan mendorong IHSG sebelum akhir tahun. Target IHSG akhir tahun ini 7.200," kata Arjun.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement