Selasa 17 Oct 2023 21:04 WIB

Inggris akan Bangun PLTS di Luar Angkasa, Apa Manfaatnya?

Inggris optimistis proyek PLTS luar angkasa bisa beroperasi di 2035.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Perusahaan asal Inggris, Space Solar, berencana membangun PLTS di luar angkasa.
Foto: nasa
Perusahaan asal Inggris, Space Solar, berencana membangun PLTS di luar angkasa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prospek transisi energi dari bahan bakar fosil ke sumber energi baru terbarukan (EBT) menghadirkan tantangan yang signifikan. Banyak orang mempertanyakan keandalan dari sumber energi baru, seperti halnya energi surya yang memiliki ketergantungan pada cahaya matahari dan variasi musim.

Namun, baru-baru ini, Perusahaan teknologi yang berbasis di Inggris, Space Solar, memiliki rencana ambisius untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang futuristik di orbit Bumi. Yang kian menarik, Space Solar optimis proyek ini dapat beroperasi pada tahun 2035, demikian seperti dilansir Business Insider, Selasa (17/10/2023).

Baca Juga

Atmosfer planet berfungsi sebagai penghalang pelindung, melindungi kita dari efek berbahaya radiasi matahari, seperti kanker atau luka bakar yang parah. Namun demikian, atmosfer juga membuat pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berbasis darat tidak dapat memanfaatkan semua energi potensial yang berasal dari Matahari.

Ketika mempertimbangkan bahwa teknologi surya sangat bergantung pada cahaya matahari dan langit yang cerah, ide pembangkit listrik tenaga surya berbasis luar angkasa menjadi sangat menarik. Menurut Badan Antariksa Eropa (ESA), sinar matahari di luar angkasa 10 kali lebih kuat daripada yang ada di Bumi. Selain itu sinar matahari juga dapat diakses sepanjang waktu, melampaui batasan waktu dan lokasi.

Space Solar mengatakan bahwa energi yang dihasilkan dari PLTS di luar angkasa dapat ditransmisikan secara nirkabel ke Bumi, atau bahkan ke Bulan dengan menggunakan gelombang mikro. Pembangkit listrik tenaga surya yang membentang sejauh beberapa kilometer juga dapat menghasilkan 13 kali lebih banyak energi terbarukan, daripada pembangkit tenaga surya di bumi.

Munculnya pesawat ruang angkasa yang dapat digunakan kembali, yang dipopulerkan oleh perusahaan seperti SpaceX, akhirnya membuat upaya pengembangan tenaga surya ini menjadi layak secara ekonomi. Perusahaan ini bertujuan untuk memasok 20 persen dari kebutuhan energi Bumi dengan menggunakan armada 600 satelit.

Eropa telah secara aktif mengeksplorasi konsep pembangkit listrik tenaga surya berbasis ruang angkasa, untuk mendukung transisi menuju ekonomi Net Zero. ESA telah memperkenalkan inisiatif SOLARIS untuk memanfaatkan tenaga surya berbasis ruang angkasa.

Pada akhir tahun ini, dua studi konsep paralel untuk pertanian komersial berskala besar ditargetkan rampung. Hal tersebut diyakini bisa berkontribusi pada pengembangan peta jalan untuk mengubah konsep transisi hijau yang sangat penting ini menjadi kenyataan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement