Selasa 17 Oct 2023 06:59 WIB

Ada Potensi Defisit Beras, Ekonom Ingatkan Impor Tetap tak Mudah

Negara lain juga menjaga ketahanan pangannya karena produksi menurun imbas El Nino.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Lida Puspaningtyas
Pekerja saat bongkar muat beras impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/10/2023). Perum Bulog mengimpor sebanyak 24.000 ton beras yang merupakan bagian dari penugasan impor 2 juta ton beras pada tahun 2023 untuk memperkuat Cadangan Beras Pemerintah (CBP).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pekerja saat bongkar muat beras impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/10/2023). Perum Bulog mengimpor sebanyak 24.000 ton beras yang merupakan bagian dari penugasan impor 2 juta ton beras pada tahun 2023 untuk memperkuat Cadangan Beras Pemerintah (CBP).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan akan adanya defisit produksi beras hingga akhir 2023. Mengenai hal tersebut, Ekonom Senior The Indonesia Economic Intelligence, Sunarsip mengatakan Indonesia perlu mewaspadainya. 

"Soal defisit beras, kita perlu waspada ya karena El Nino masih terjadi," kata Sunarsip kepada Republika.co.id, Senin (16/10/2023). 

Di sisi lain, Sunarsip mengatakan, impor beras sebenarnya juga tidak mudah saat ini. Hal tersebut dikarenakan negara-negara produsen beras dunia seperti India juga membatasi ekspor beras mereka. 

"Alasan mereka adalah untuk menjaga keamanan pangan di dalam negeri mereka," ucap Sunarsip. 

Untuk iru, Sunarsip menilai jika pemerintah ingin menutup defisit beras tersebut dengan impor maka sudah menjadi langkah yang positif. Khsususnya untuk menjaga pasokan beras di dalam negeri serta menurunkan inflasi pangan. 

Sebelumnya, BPS memaparkan potensi dari estimasi surplus dan defisit produksi beras. Hal itu merupakan selisih antara perkiraan produksi dan konsumsi setiap bulannya.

"Potensi defisit produksi beras semakin melebar hingga akhir 2023 dan diperkirakan defisit terbesar terjadi pada Desember 2023 yaitu 1,45 juta ton beras," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (16/10/2023).

Dia menjelaskan, estimasi surplus dan defisit dari produksi beras tersebut tidak termasuk stok maupun supply beras impor pada periode yang dihitung. Amalia menegaskan, estimasi tersebut merupakan hasil selisih antara produksi domestik dan konsumsi domestik.

"Dengan hanya mempertimbangkan selisih antara perkiraan produksi domestik dan konsumsi ini saja maka akhir tahun produksi beras diperkirakan surplus 0,28 juta ton sepanjang tahun," jelas Amalia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement