REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- PT Hutama Karya (Persero) menyebut proyek pembangunan ruas Tol Sigli-Banda Aceh (Sibanceh) ditargetkan tuntas secara keseluruhan pada Maret 2024, dan saat ini tersisa Seksi 1 (Padang Tiji-Seulimum) yang masih dalam proses pembangunan infrastruktur.
"Untuk Seksi 1 saat ini progresnya sudah sekitar 65 persen. Insya Allah di Maret 2024 akan kami tuntaskan," kata Junior Manager Teknik Divisi Pembangunan PT Hutama Karya Indra Wijaya, di Banda Aceh, Senin (9/10/2023).
Ia menjelaskan, sebelumnya Hutama Karya menargetkan pembangunan ruas Tol Sibanceh akan rampung pada Desember 2023. Namun, karena terkendala pembebasan lahan, serta ada penambahan lahan baru maka proses pengerjaan tidak bisa selesai pada akhir tahun.
Menurut dia, apabila proses pembebasan lahan di Seksi 1 dan penetapan lokasi (penlok) baru selesai dan terbit pada akhir Oktober 2023, maka pihaknya bisa langsung memacu menyelesaikan pembangunan Proyek StrategIs Nasional (PSN) itu agar bisa rampung sesuai target. Adapun penambahan lahan baru itu, kata dia, seluas 112,48 hektare, yang diperuntukkan pembangunan badan jalan, kaki timbunan, lereng galian, serta drainase saluran samping di sejumlah seksi ruas Tol Sibanceh.
"Untuk lahan baru yang diperlukan adalah 112,48 hektare, jadi tahapan saat ini adalah konsultasi publik, itu sudah dilakukan," ujarnya.
Ia menambahkan, Pemerintah Aceh telah menyerahkan berita acara konsultasi publik kepada Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR. Tahap selanjutnya, Gubernur akan menerbitkan penlok tambahan untuk kebutuhan lahan 112,48 hektare tersebut.
"Setelah itu, baru proses pembebasan lahan oleh Kementerian PUPR. Setelah lahan bebas baru bisa dikerjakan oleh PT Hutama Karya," ujarnya pula.
Proyek pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Sigli-Banda Aceh memiliki panjang 74,2 kilometer yang terbagi dalam 6 seksi, yaitu Seksi 1 Padang Tiji-Seuliemum (25 km), Seksi 2 Seuliemum-Jantho (6 km).
Selanjutnya Seksi 3 Jantho-Indrapuri (16 km), Seksi 4 Indrapuri-Blang Bintang (14 km), Seksi 5 Blang Bintang-Kuta Baro (8 km), dan Seksi 6 Kuta Baro-Baitussalam (5,2 km).
Lima dari total enam seksi tersebut sudah beroperasi. Tiga seksi di antaranya beroperasi dengan pengenaan tarif yakni Seksi 2, Seksi 3, dan Seksi 4. Sementara Seksi 5 dan 6 belum pengenaan tarif atau gratis.
"Jadi untuk di Seksi 1 kalau lahan tambahan tidak bisa dibebaskan maka tidak bisa dioperasikan. Kita yang sudah beroperasi Seksi 2, Seksi 3, Seksi 4, Seksi 5, dan Seksi 6, itu sudah selesai semua konstruksi," ujarnya lagi.