REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR— Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) menyatakan ada 178 mangga di Indonesia. Sebagian di antaranya dipamerkan di Festival Mangga Nusantara, yang merupakan bagian dari Gebyar Agrostandar di Lapangan BB Biogen Komplek BSIP Cimanggu, Kota Bogor, Jawa Barat, untuk mengedukasi masyarakat.
Kepala BSIP Buah Tropika Solok Sumatra Barat, Yunimar, mengatakan, pihaknya berpartisipasi dalam perayaan satu tahun berdirinya BSIP. Mangga dipilih sebagai salah satu komoditas buah tropika selain durian, manggis, alpukat, rambutan, dan buah naga.
"Saat ini kita mencoba memperkenalkan varietas/ aksesi/ jenis mangga yang kita miliki. Jadi kami punya 178 aksesi, baik itu yang sudah dilepas maupun masin belum dilepas. Artinya masih ada peluang untuk bisa dikembangkan," kata Yunimar ketika ditemui Republika di Cimanggu, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/9/2023).
Ia mengatakan, dalam festival ini pihaknya mengedukasi dan memperkenalkan kepada masyarakat, bahwa Indonesia memiliki varietas mangga yang luar biasa. Bahkan tidak kalah dengan negara luar.
"Perku diketahui kita punya varietas mangga terbesar kedua di Asia Tenggara, setelah India. Nah 178 ini bertambah lagi karena ada silangan-silangan yang dilakukan teman-teman eks peneliti," kata dia menjelaskan.
Lebih lanjut, Yunimar mengatakan, ratusan jenis mangga yang dipamerkan di Festival Mangga Nusantara belum mencakupi seluruh jenis mangga yang ada di Indonesia. Sebab, bulan ini belum memasuki musim panen mangga.
"Belum semua. Biasanya kalau acara ini dilaksanakan di Oktober/ Novermber, kami bisa menampilkan ini. Karena belum musim tapi belum semua," ujarnya.
Saat ini, kata Yunimar, masih banyak varietas mangga yang belum dilepas dan dikembangkan. Karena BSIP mengembangkan jenis-jenis mangga baru sesuai preferensi masyarakat.
Salah satunya, kata dia, ialah mangga jenis gedong gincu. Bahkan mangga jenis ini bisa dijual dengan harga puluhan ribu rupiah di supermarket, yang disalurkan langsung dari petani.
"Kalau gedong gincu termasuk mahal. Di supermarket bisa Rp 40 ribu per kilogram," kata Yunimar.