Ahad 10 Sep 2023 21:55 WIB

Gencar Ekspansi, Pertamina Group Dorong Daya Saing Logistik ASEAN

Peningkatan pertumbuhan ekonomi ASEAN diyakini dorong pendapatan perkapalan

PT Pertamina International Shipping (PIS). Perusahaan memiliki aset yang tidak hanya siap mendukung kemajuan industri logistik nasional, tapi juga menjadi kebanggaan Indonesia di kawasan ASEAN.
Foto: dok PIS
PT Pertamina International Shipping (PIS). Perusahaan memiliki aset yang tidak hanya siap mendukung kemajuan industri logistik nasional, tapi juga menjadi kebanggaan Indonesia di kawasan ASEAN.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina International Shipping berupaya mendorong kemajuan industri logistik di Tanah Air. Saat ini perusahaan mengoperasikan lebih dari 300 kapal dan berlayar 26 rute internasional serta terus berkembang untuk menjadi perusahaan perkapalan dan logistik maritim di Asia Tenggara.

CEO Pertamina International Shipping Yoki Firnandi mengatakan perusahaan memiliki aset yang tidak hanya siap mendukung kemajuan industri logistik nasional, tapi juga menjadi kebanggaan Indonesia di kawasan ASEAN.

“Kami terus berinvestasi lebih banyak dan memperluas bisnis kami di Asia, karena kami tahu masa depan dunia ada di Asia yang tengah berkembang cepat. Ada peluang besar di sektor pelayaran internasional, kami menyusun strategi dan juga melakukan transformasi terutama untuk peningkatan transportasi dan logistik energi,” ujarnya dalam keterangan tulis, Ahad (10/9/2023).

Sementara itu Ahli ekonomi dan politik internasional Asmiati Malik menambahkan ASEAN memiliki kunci terus berkembang, mengingat posisinya sebagai kawasan yang masuk sebagai tiga besar pasar yang tumbuh paling signifikan di dunia. 

“Namun ASEAN memiliki tantangan utama untuk berkembang, antara lain terkait fokus anggaran yang seharusnya bisa lebih banyak di sektor maritim dan tentunya transparansi dari anggaran tersebut,” ucapnya.

Khoon Tee Tan dari Mckinsey Indonesia menambahkan juga menekankan terkait investasi sektor digitalisasi khususnya percepatan industri logistik ASEAN. “Saat ini negara-negara ASEAN masih terfragmentasi sehingga hanya ada pelaku-pelaku bisnis skala kecil. Ini yang perlu dikolaborasikan agar bisnis di kawasan Asia Tenggara bisa lebih besar,” ucapnya.

Secara keseluruhan, para pembicara optimistis kawasan Asia Tenggara, terutama Indonesia, memiliki potensi terus berkembang dengan aset-aset dan keunggulan. Selain upaya digitalisasi yang perlu semakin digencarkan, dukungan regulasi juga menjadi kunci untuk menjawab tantangan industri logistik ASEAN yang semakin kompetitif pada masa depan. 

Kawasan Asia Tenggara diyakini memiliki potensi untuk mengembangkan market dan meningkatkan tingkat kompetitif logistik di kancah global. Perkembangan industri e-commerce yang semakin pesat ditambah dengan tren bisnis berkelanjutan ramah lingkungan, akan menjadi tantangan sekaligus peluang menjanjikan. 

Pembahasan sektor logistik ini diulas dengan intens dalam rangkaian event ASEAN Indonesia 2023,  Bloomberg Executive Lunch Session ‘Navigating The ASEAN’s Logistics Landscape, Overcoming Complexity for Success’ dengan pembicara antara lain  CEO PT Pertamina International Shipping (PIS) Yoki Firnandi, Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi, pengamat ekonomi politik Asmiati Malik, dan Managing Partner McKinsey Indonesia Khoon Tee Than. 

“Bisa dilihat dengan jelas bahwa di Asia Tenggara, market industri logistik sedang berkembang pesat pada saat ini,” ucap Jodi.

Menurutnya perkembangan ini didorong antara lain berkembangnya industri e-commerce, konektivitas sambungan berkecepatan tinggi yang terus tumbuh, dan digitalisasi. Dengan rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan dari 2023 hingga 2030 sebesar 10,7 persen , menurut Jodi, ini juga bisa menjadi peluang tumbuhnya pendapatan sektor perkapalan. 

Indonesia, kata dia, memiliki potensi untuk menaikkan indeks kompetitif logistiknya mengingat dalam 10 tahun terakhir telah gencar membangun proyek-proyek infrastruktur strategis untuk mendukung sistem logistik. 

“Tentunya tantangan Indonesia sendiri adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17 ribu lebih pulau, di sini salah satu strateginya adalah dengan membantu konektivitas antar pulau. Dari sisi kebijakan, kita juga perlu mendorong digitalisasi di segala aspek,” ucapnya.

 Jodi juga menyoroti soal ekonomi hijau yang akan menjadi potensi bisnis logistik dalam upaya transisi energi dalam mendukung Net Zero Emission 2060.“Green economy adalah masa depan, bagaimana kita bisa menangkap peluang ini dengan mulai menyiapkan dekarbonisasi di sektor logistik dan juga bisnis energi ramah lingkungan,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement