Kamis 07 Sep 2023 16:52 WIB

ESDM: BBM 'Hijau' Biodiesel Bawa RI Hemat Devisa Hingga Rp 122 Triliun

Tahun ini, konsumsi biodiesel dalam negeri ditargetkan sebesar 13,5 juta kiloleter.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menyebut penggunaan bahan bakar biodiesel 30 persen atau yang dikenal Biosolar mampu membawa Indonesia menghemat devisa impor. (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Aji Styawan
Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menyebut penggunaan bahan bakar biodiesel 30 persen atau yang dikenal Biosolar mampu membawa Indonesia menghemat devisa impor. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber dan Mineral (ESDM) mengungkapkan penggunaan bahan bakar biodiesel 30 persen (B30) atau yang dikenal Biosolar mampu membawa Indonesia menghemat devisa impor cukup signifikan. Penghematan dapat dilakukan pencampuran bahan bakar fosil dengan bahan bakar nabati sawit itu mampu mengurangi impor minyak. 

“Pada 2022, kami memiliki penghematan devisa lebih dari 8 miliar dolar AS juga lebih dari 1,3 juta pekerja terlibat dalam industri biofuel,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji dalam Indonesia Sustainability Forum (ISF) yang digelar di Hotel Park Hyatt, Jakarta, Kamis (7/9/2023). 

Baca Juga

Lebih lanjut, Tutuka mengatakan, selain penghematan devisa, penerapan biofuel juga berhasil emisi gas rumah kaca hingga 25 juta ton CO2 sepanjang tahun lalu. 

Mengingat dampak signifikan terhadap penghematan devisa yang diperoleh dari biodiesel, pemerintah Indonesia sejak Agustus 2023 telah meningkatkan bauran energi menjadi biodiesel 35 persen atau B35.  

“Tahun ini, konsumsi biodiesel dalam negeri ditargetkan sebesar 13,5 juta kiloleter dan nilai manfaatnya diperkirakan mencapai 10,75 miliar dolar AS,” kata Tutuka. 

Dalam paparannya, Tutuka, mengatakan bioenergi ke depan memainkan peran penting dalam upaya transisi energi yang dilakukan setiap negara. Khususnya dalam upaya dekarbonisasi dari sektor transportasi yang selama ini menjadi salah satu sumber utama polusi udara. 

Pengembangan bioenergi, lanjut Tutuka, pun akan memberikan nilai tambah bagi industri dalam negeri, dalam hal ini industri sawit di dalamnya juga terlibat jutaan petani. 

Dalam kesempatan berbeda, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, menyampaikan, Indonesia saat ini sudah cukup aman dalam menjaga ketersediaan pasokan dan harga biosolar. Sebab, kata Nicke, seluruh produksi Solar telah dipenuhi dari dalam negeri sehingga tak lagi ketergantungan terhadap impor. 

“Jadi berapapun harga solar di pasar, kita Alhamdulillah sudah tidak impor lagi. Oleh karena itu harus betul-betul dijaga, supaya ketika ada kejadian apapun produksi kita tidak terganggu,” ujar Nicke. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement