Kamis 07 Sep 2023 15:24 WIB

Bulog Cabang Cirebon Siapkan Bantuan Beras

Bulog Cirebon tengah mengemas beras untuk disalurkan ke penerima bantuan.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Irfan Fitrat
(ILUSTRASI) Beras di gudang Bulog.
Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
(ILUSTRASI) Beras di gudang Bulog.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Perum Bulog Kantor Cabang Cirebon, Jawa Barat, menyiapkan bantuan pangan berupa beras kualitas medium. Penyaluran bantuan ini diharapkan dapat ikut menekan harga beras di pasaran. 

Bantuan beras tersebut akan disalurkan kepada keluarga penerima manfaat di wilayah kerja Perum Bulog Cabang Cirebon, yang mencakup Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Majalengka, dan Kuningan. 

Baca Juga

Pemimpin Perum Bulog Kantor Cabang Cirebon Imam Firdaus Jamal mengatakan, bantuan beras itu dikoordinasikan dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas). Saat ini, kata dia, Bulog Cirebon tengah mengemas beras untuk bantuan itu, dari kemasan 50 kilogram menjadi kemasan 10 kilogram. 

“Nanti kita akan berkoordinasi dengan Dinas Ketahanan Pangan setempat untuk menyalurkan ke penerima bantuan,” ujar Imam, saat mengecek gudang Bulog Cirebon, Kamis (7/9/2023).

Dalam upaya menekan harga beras di pasaran, Imam mengatakan, Bulog Cirebon juga terus menggelontorkan beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Beras SPHP ini disalurkan kepada para pedagang eceran.

Ihwal kegiatan pasar murah, menurut Imam, Bulog menunggu permintaan dari pemerintah daerah. Imam menyebut stok beras di gudang Bulog Cabang Cirebon masih aman.

“Untuk stok sekarang ada 50 ribu ton setara beras. Stok ini aman sampai akhir tahun 2023 untuk empat daerah (wilayah kerja Bulog Cabang Cirebon),” kata Imam.

Terkait kenaikan harga beras di pasaran, menurut Imam, dipengaruhi naiknya harga gabah. “Setelah kami lihat, memang ada kenaikan harga bahan baku gabah kering panen (GKP). Kalau di Cirebon itu sudah Rp 7.000 per kilogram,” ujar dia.

Imam mengatakan, kenaikan harga bahan baku GKP di tingkat petani itu diperkirakan akibat dampak kekeringan lahan pertanian yang terjadi di berbagai daerah. “Menurut sepengetahuan kami, sepertinya kenaikan harga itu diakibatkan oleh kekeringan karena hampir di semua lokasi terjadi kekeringan,” kata Imam.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement