REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) mencatat salah satu sektor penopang pertumbuhan ekonomi global saat ini adalah ekonomi digital.
Negara-negara ASEAN menjadi pasar yang empuk untuk digempur pasar digital ini. Jika tak bersiap diri, negara-negara ASEAN akan menjadi pasar saja, bukan pemain utama.
Lead Advisor Southeast Asia Region ERIA Lili Yan Ing menjelaskan, pada 2030 mendatang, diprediksi pasar digital global akan mencapai nilai pasar hingga 10 triliun dolar AS. Sebesar 10 persennya akan disumbang oleh artificial intelligence system yang meninabobokan manusia.
Padahal, menurut Lili, negara ASEAN mempunyai kekuatan untuk bisa menjadi pemain utama dalam ekonomi digital ini. Jika tak bergerak mengambil peran, justru negara ASEAN akan menjadi pasar saja dan akan bergantung secara ekonomi.
"Negara ASEAN berkontribusi setidaknya 1 triliun dolar AS terhadap pasar digital saat ini. Jadi, kalau mau lihat seberapa besarnya, PDB Indonesia saat ini sekitar 1,3 triliun dolar AS. Jadi pada 2030 aset perdagangan digital akan sama besarnya dengan perekonomian Indonesia," ujar Lili dalam Indonesia’s ASEAN Chairmanship 2023: Promoting ASEAN Relevance in Global Market, Senin (4/9/2023).
Saat ini ASEAN tercatat memiliki 670 juta penduduk. Sebanyak 460 juta populasi adalah pengguna internet, sekitar 80 persen populasi ASEAN adalah pengguna internet dan 76 hingga 79 persennya pernah tercatat sebagai pembeli digital.
"Jadi, populasinya sangat besar, seperti ini adalah kekuatan dan juga kelemahan. Dari cara pandang ekonomi ini adalah market yang besar. Peran pemerintah negara negara ASEAN menjadi sangat penting sehingga tak tergerus oleh kemajuan pasar digital ini," ujar Lili.