REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) sedang mengusulkan kepada pemerintah untuk menghapus atau meniadakan produk bahan bakar minyak (BBM) dengan oktan paling rendah RON 90 atau Pertalite dari peredaran, pada tahun depan. Nantinya subsidi Pertalite dikabarkan akan dialihkan.
Penghapusan tersebut dalam rangka menanggulangi polusi yang 44 persen disebabkan oleh kendaraan bermotor. Pertamina juga telah meluncurkan Pertamax Green dengan tingkat buangan emisi yang disebut 'lebih hijau'.
Seorang pengendara motor bernama M. Fahreza saat ditemui di SPBU kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan mengaku sudah mulai coba-coba pakai Pertamax Green. Sebagai pengendara motor yang sumbang polusi paling tinggi, ia merasa harus melakukan perubahan.
Dengan BBM Pertamax Green 92, diharapkan banyak perbaikan, mulai dari mengurangi polusi udara sampai subsidi yang lebih merata.
"Ini bagian dari program yang bagus sih, menurunkan angka polusi dan juga pengembangan bahan bakar yang lebih baik," kata Reza saat ditemui Republika pada Ahad (3/9/2023).
Meski demikian, ia juga berharap adanya kejelasan lebih lanjut dari Pertamina tentang Pertamax Green dan rencana penghapusan Pertalite. Selain itu, ia meminta SPBU yang menjual Pertamax Green harus diperbanyak.
"Semoga saja polusi juga berkurang seiring banyaknya Pertamax Green yang tersebar, kalau sekarang itu masih sedikit SPBU yang menyediakan," kata dia.
Seorang driver ojol, Muhammad Luthfi juga telah jajal Pertamax Green dan merasakan manfaat signifikan. Semula ia menggunakan Pertalite atau Pertamax.
"Ini saya pakai sudah seminggu dan alhamdulillah nggak boros kaya pakai Pertalite, kita tahu Pertalite itu boros banget, dan sekarang tarikan mesinnya udah lumayan enak," kata Luthfi.
Ia juga berharap distribusi Pertamax Green bisa lebih masif, sehingga bisa lebih mudah didapatkan. Menurutnya, tidak masalah dengan penghapusan Pertalite jika tujuannya adalah mengatasi polusi.
"Ya semoga aja dengan dihapusnya Pertalite tahun depan bisa memudahkan pengalihan subsidi, karena tetap harus terjangkau," lanjutnya.
Pertamina mendorong bensin bauran etanol 7 persen (E7), Pertamax Green 92, menggantikan posisi Pertalite sebagai jenis bahan bakar minyak khusus penugasan (JBKP). Adanya perbaikan kualitas dari bahan bakar mesin yang baru ini diharap tidak menghasilkan buangan gas yang berlebihan atau merusak mesin.