Kamis 31 Aug 2023 14:15 WIB

Suara Hilang Saat Rapat dengan DPR, Sri Mulyani Mengaku Kena ISPA

Menurut Sri Mulyani ISPA karena buruknya polusi udara di Jabodetabek.

Rep: Novita Intan/ Red: Gita Amanda
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku tidak bisa berbicara saat rapat dengan Komisi XI DPR. (ilustrasi)
Foto: AP Photo/Tatan Syuflana
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku tidak bisa berbicara saat rapat dengan Komisi XI DPR. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku tidak bisa berbicara saat rapat dengan Komisi XI DPR. Sri Mulyani mengaku sedang terkena penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).

Diketahui, Sri Mulyani menggelar rapat kerja untuk membahas asumsi dasar dalam rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara 2022 dan pengambilan keputusan asumsi dasar dalam rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara 2024. Dalam Rapat Komisi XI DPR, Sri Mulyani memang sedikit berbicara karena suaranya serak. Bahkan sepanjang rapat berlangsung, diwakili oleh Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara.

Baca Juga

"Suara saya masih belum (ada) Pak. Dari tadi ingin bicara tapi tidak bisa. Suara saya hilang, jadi mohon izin Pak Wamen (Suahasil) saja (menjelaskan)," ujarnya, Kamis (31/8/2023).

Sri Mulyani mengaku terkena penyakit ISPA. Meski demikian, Sri Mulyani tak menyebut penyebab infeksi saluran pernafasan atas karena buruknya polusi udara di Jabodetabek. “ISPA (infeksi saluran pernapasan akut)," ucapnya.

Sebelumnya Ketua Komite Penanggulangan Penyakit Pernapasan dan Dampak Polusi Udara, Agus Dwi Susanto, menyebutkan, berdasarkan survei dari Bappenas pada 2022, meningkatnya polusi udara berkontribusi terhadap peningkatan kasus ISPA dan Pneumonia di wilayah DKI Jakarta pada periode hampir 10 tahun setelah dilakukan riset.

Selain itu, kata Agus, hasil survei Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) pada 2019 menyebutkan penyakit pernapasan termasuk 10 penyakit terbanyak di Indonesia. 

Terlihat pula, polusi udara merupakan faktor risiko kematian kelima tertinggi di Indonesia setelah hipertensi, gula darah, merokok dan obesitas. Karena itu, dalam kondisi udara yang tidak sehat seperti saat ini, Agus menyarankan agar masyarakat melakukan 6M dan 1S. 

Terlebih bagi orang yang pernah terkena penyakit pernapasan dan juga kelompok yang rentan terdampak akibat polusi udara seperti anak-anak, ibu hamil, orang dengan komorbid dan orang lanjut usia. “Berbagai riset yang ada menyebut infeksi sekunder, terhadap penyakit respirasi biasanya lebih tidak baik daripada infeksi yang pertama, oleh karena itu cegah jangan sampai terjadi terutama pada empat kelompok risiko tinggi sehingga kalau aktivitas di luar ruangan pakai masker. Kuncinya adalah 6M dan 1S untuk mencegah risiko dampak kesehatan,” ujar Agus. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement