Jumat 25 Aug 2023 08:14 WIB

RI Berpotensi Besar Jadi Pelopor Teknologi Carbon Capture Storage untuk Tekan Emisi

Dengan teknologi CCS, Indonesia dapat mengurangi jumlah karbon dioksida di udara.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk sumber daya karbon, yang menjadi potensi besar untuk penerapan teknologi Carbon Capture Storage (CCS).
Foto: Indonesia Power
Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk sumber daya karbon, yang menjadi potensi besar untuk penerapan teknologi Carbon Capture Storage (CCS).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk sumber daya karbon, yang menjadi potensi besar untuk penerapan teknologi Carbon Capture Storage (CCS). Indonesia secara geologis juga kaya akan akuifer asin yang cocok untuk penyimpanan CO2 dengan kapasitas 80 hingga 100 gigaton. 

Sebagai informasi, CCS adalah teknologi yang terbukti dapat memungkinkan beberapa sektor dengan emisi tertinggi mengurangi emisinya. Seperti industri manufaktur, pembangkit listrik, penyulingan, petrokimia, baja, dan semen serta sangat menjanjikan dalam upaya mitigasi perubahan iklim. 

Baca Juga

Dengan teknologi itu, diyakini Indonesia secara signifikan dapat mengurangi jumlah karbon dioksida yang masuk ke atmosfer, membantu mengurangi efek pemanasan global dan mengarahkan Indonesia menuju visi berwawasan hijau.

“Visi kita menjadikan Indonesia sebagai pelopor, pemimpin CCS Hub di kawasan,” kata Direktur Eksekutif Indonesia CCS Center (ICCSC) Belladonna Troxylon Maulianda, dalam keterangannya, Kamis (24/8/2023).

Ia mengatakan, ICCSC akan terus menjadi katalisator dengan menyuarakan dan mendorong percepatan penerapan CCS di Indonesia. 

Namun, ia menuturkan penerapan CCS di Indonesia juga menghadapi sejumlah tantangan. Yakni berupa tata kelola dan regulasi, kerja sama komersial, fiskal yang atraktif dan bersaing, transportasi karbon, teknologi berskala industri, serta pengembangan CCS Hub di Indonesia, yang menghubungkan berbagai sumber emisi ke lokasi injeksi di Indonesia. 

“Kolaborasi dan komitmen aksi yang kuat dari Pemerintah Indonesia, lembaga akademik, sektor swasta dan masyarakat, berperan penting mendorong penerapan CCS di Indonesia,” ujarnya.

Dari sektor industri, PT Pertamina (Persero) dan ExxonMobil menjadi peruahaan yang mulai mengembangkan teknologi CCS. Direktur Utama PT Pertamina (Perseo), Nicke Widyawati menguraikan, salah satu peran aktif Pertamina dalam melakukan implementasi secara aktual terhadap Studi CCS/CCUS telah dibuktikan di Lapangan Jatibarang yang merupakan wilayah kerja Pertamina EP Cirebon Jawa Barat. 

Teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) dengan menggunakan CO2 di lapangan Jatibarang telah menunjukkan indikasi positif dari reservoir terhadap injeksi CO2 dengan metode Huff and Puff. 

“Sistem ini telah dilakukan pada dua sumur di Lapangan Jatibarang pada bulan Oktober dan Desember 2022. Selanjutnya, akan dilakukan pilot interference 2 wells untuk CO2 flooding dan full field scale CO2 EOR,” ujarnya. 

Dari sektor swasta, President ExxonMobil Indonesia, Carole Gall, mengatakan, terus mengkaji potensi CCS Hub di Indonesia. “Dengan kolaborasi yang baik, Indonesia berpotensi besar menjadi ujung tombak pertumbuhan industri rendah karbon di kawasan. Hal ini memungkinkan Indonesia menjaga pertumbuhan ekonomi sambil menjawab tantangan perubahan iklim,” ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement