Selasa 22 Aug 2023 14:21 WIB

Petani Lebak Beralih ke Tanaman Sayuran Akibat Kemarau

Budi daya sayuran sengaja petani lakukan saat kemarau karena tak butuh banyak air.

Petani memanen sayur oyong di Kampung Kanaga, Lebak, Banten, Selasa (12/1/2021).
Foto: ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas
Petani memanen sayur oyong di Kampung Kanaga, Lebak, Banten, Selasa (12/1/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Sejumlah petani di Kabupaten Lebak, Banten, kini beralih jadi budi daya sayuran karena lahan garapan pertanian pangan kekeringan akibat kemarau yang terjadi saat ini.

"Kami mengembangkan tanaman ketimun, karena tidak membutuhkan persediaan air banyak. Kami hanya membasahi tanaman pagi dan sore, sehingga tanaman tumbuh subur hingga panen," kata Samin (55 tahun) seorang petani di Blok Kanaga Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak, Banten, Selasa (22/8/2023).

Baca Juga

Menurut dia, pengembangan pertanian sayuran ketimun itu menguntungkan, karena waktu awal panen hanya 40 hari setelah tanam. Selanjutnya, panen ketimun itu bisa berlangsung selama dua pekan ke depan.

Ia mengatakan, penanaman sayuran ketimun tidak terdampak kemarau juga permintaan pasar cenderung meningkat. Selain itu juga harga di pasaran relatif baik, bahkan di tingkat petani menembus Rp 6.000 per kilogram.

"Kami menanam ketimun itu jika musim kemarau, karena sawah di sini masuk kategori tadah hujan," kata Samin.

Menurut dia, ia menanam sayuran ketimun berdasarkan pengalaman tahun lalu dari luas lahan dua petak sawah atau 1.000 meter persegi dan mampu memproduksi dua ton.

Dari produksi sebanyak dua ton itu dijual Rp 6.000 per kilogram, sehingga diakumulasikan dapat menghasilkan uang Rp 12 juta. "Kita bisa meraup keuntungan sekitar Rp 7 juta bersih setelah dipotong biaya produksi," ujar Samin.

Begitu juga petani lainnya di Desa Bojongleles Kabupaten Lebak Samsudin (60 tahun) mengatakan, ia kini mengembangkan, tanaman sayuran dengan memanfaatkan lahan persawahan yang tidak ditanami padi akibat kekeringan.

Tanaman sayuran yang dibudidayakan itu jenis paria, kacang panjang dan ketimun.

"Kami dan petani lainnya di sini mengembangkan sayuran karena kemarau itu paria," kata Samsudin.

Menurut dia, ia menanam sayuran tiga petak sawah dengan produktivitas tiga ton dengan harga di tingkat petani rata-rata Rp 6.000 per kilogram. Produksi tanaman sayuran jika panen sebanyak tiga ton maka pendapatan petani sebesar Rp 18 juta.

"Kami setiap musim kemarau menanam tanaman sayuran dan jika musim hujan ditanami padi," ujar Samsudin menjelaskan.

Begitu juga petani Cipanas Kabupaten Lebak Suhari (55 tahun) mengatakan sebagian besar petani pada musim kemarau tidak menanam padi karena mengalami kekeringan. Bahkan, saat ini areal persawahan terjadi kekeringan hingga terlihat petak-petak sawah tanahnya terbelah.

"Petani di sini lebih memilih tanam ketimun dan kacang panjang karena sudah ditampung oleh tengkulak. Kami sekali musim panen bisa mendapatkan sekitar Rp 15 juta dari tiga petak itu," kata Suhari.

Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengimbau petani agar mengembangkan pertanian sayur-sayuran sehubungan musim kemarau yang diprediksikan El Nino puncaknya Agustus- September 2023. Pertanian tanaman sayuran cukup menjanjikan pendapatan ekonomi petani karena permintaan pasar cukup tinggi.

"Kita minta petani bisa mengganti pola tanam dari dua kali padi sawah dan satu kali tanaman sayuran dalam setahun. Sebab, pergantian tanaman itu dapat meningkatkan produksi pangan dan ekonomi petani menjadi lebih baik," kata Deni menjelaskan.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement