REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) sebagai Subholding Pertamina untuk bisnis pengolahan dan petrokimia berkomitmen untuk menghasilkan produk-produk olahan kilang berkualitas tinggi dan lebih ramah lingkungan.
“Kilang Cilacap dengan Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) dan Kilang Balongan dengan proyek Kilang Langit Biru Balongan (KLBB) telah memasok BBM berkualitas untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya,” kata Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman, Kamis (17/8/2023).
Ia mengatakan, Kilang Cilacap melalui Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) menghasilkan produk gasoline dengan kandungan sulfur setara EURO IV yang sebelumnya hanya dapat memproduksi gasoline dengan kandungan sulfur setara EURO II.
Dengan kualitas setara EURO IV tersebut, kandungan Sulfur pada sebagian BBM produksi kilang Cilacap berada di bawah 50 ppm dari sebelumnya sebesar 150 – 300 ppm.
Penurunan emisi yang dihasilkan menjadi 0,11 gram SOx Eq per liter dari sebelumnya 0,68 gram SOx Eq per liter atau turun 83 persen. Adapun produk-produk yang dihasilkan di Kilang Cilacap yakni Solar, Pertamax, Pertalite, Pertamina Turbo, Pertamina Dex, produk Petrokimia, lube base.
Produk BBM dan LPG dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan BBM di area Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Sebagai informasi, kapasitas pengolahan kilang Cilacap saat ini merupakan yang terbesar di Indonesia yaitu 348 KPBD.
Taufik menambahkan, Kilang Cilacap juga telah menyelesaikan Tahap I proyek Green Refinery pada Februari 2022 lalu.
Dengan selesainya Tahap I tersebut, Kilang Cilacap juga telah dapat memproduksi produk yang lebih ramah lingkungan yakni Green Diesel dengan kandungan sulfur setara Euro V dengan kapasitas produksi 2500 BPD dan telah mendapatkan pengakuan sertifikat International Sustainability Carbon Certification (ISCC).
Adapun untuk Kilang Balongan yang terletak di Indramayu, Jawa Barat, merupakan kilang yang memiliki nilai Nelson Complexity Index (NCI) tertinggi dibandingkan dengan kilang-kilang lainnya.
NCI adalah indeks kompleksitas suatu kilang, di mana semakin tinggi angkanya, maka kilang itu semakin menghasilkan lebih banyak produk berkualitas dengan proses produksi yang lebih efisien.
Saat ini, nilai NCI Kilang Pertamina Balongan adalah 11.9, tertinggi di antara semua kilang Pertamina. Kilang Balongan sendiri setelah dilakukan pengembangan yang telah selesai Februari 2022 lalu memiliki kapasitas sebesar 150 KBPD yg sebelumnya 125 KBPD.
“Kilang Balongan saat ini memproduksi beragam produk, antara lain Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo, Solar, Pertamina DEX, LPG, Propylene, Avtur serta produk specialty chemical untuk keperluan industri Gas Oil for Antifoam (GO Foam),” ungkap Taufik.
Pada 2005 di Kilang Balongan dibangun guna memenuhi ketentuan bahan bakar yang ramah lingkungan bebas timbal. Kilang Balongan mengolah Low Octane Mogas Component (LOMC) dari kilang lain yang semula harus ditambahkan Timbal untuk memenuhi spesifikasi produk premium menjadi produk High Octane Mogas Component (HOMC) untuk dikirimkan ke kilang lain sebagai komponen bensin pengganti Timbal.
Taufik mengungkapkan, Kilang Balongan saat ini telah mampu menghasilkan produk Pertamina Dex dengan kandungan Sulfur maksimum 10 ppm yang setara EURO V.
“Penurunan emisi SO4 yang dihasilkan dengan peningkatan kualitas sulfur adalah sebesar 0,0255 gram SOx Eq per liter yang sebelumnya sebesar 1,275 gram SOx Eq per liter atau turun hingga 98 persen,” ujarnya.
Ia menegaskan, KPI terus berupaya untuk turut mendukung penuh pelaksanaan transisi energi dengan menghasilkan produk-produk olahan kilang yang berkualitas dan lebih ramah lingkungan serta berbahan bakar nabati.
Selain itu KPI juga tengah bersiap untuk serius dalam menjalankan bisnis petrokimia sebagai produk olahan kilang.
VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menambahkan, Pertamina berkomitmen terus menciptakan produk kilang yang semakin ramah lingkungan dan mendukung target Net Zero Emission (NZE) atau emisi bersih pada 2060 mendatang.
“Target mencapai NZE tidak dapat dilakukan oleh sebagian lini bisnis Pertamina saja, namun membutuhkan peran serta seluruh lini bisnis dari hulu sampai ke hilir,” kata dia.