Rabu 26 Jul 2023 19:05 WIB

Mantan Aktivis PRD Kecewa Budiman Sudjatmiko Dukung Prabowo

Mantan aktivis PRD kecewa Budiman Sudjatmiko malah mendukung Prabowo.

Rep: Febryan A/ Red: Bilal Ramadhan
Budiman Sudjatmiko. Mantan aktivis PRD kecewa Budiman Sudjatmiko malah mendukung Prabowo.
Foto: .
Budiman Sudjatmiko. Mantan aktivis PRD kecewa Budiman Sudjatmiko malah mendukung Prabowo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Sekretaris Jenderal Partai Rakyat Demokratik (PRD) Petrus Hariyanto mengaku kecewa dengan langkah mantan Ketua Umum PRD Budiman Sudjatmiko mendukung Prabowo Subianto dalam gelaran Pilpres 2024. Menurut dia, Budiman telah mengkhianati perjuangan kawan-kawannya yang ingin kasus penculikan aktivis reformasi yang dilakukan Tim Mawar Kopassus, yang ketika itu dipimpin Prabowo, diusut tuntas.

"Apa yang dilakukan oleh kawan kami, Budiman Sudjatmiko, sungguh langkah yang membuat kami kecewa karena dia menjadi bagian dari gerakan yang ingin melupakan sejarah masa lalu. Impunitas akan terus langgeng," kata Petrus lewat rekaman video yang ditampilkan dalam acara diskusi publik yang digelar Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI) di Jakarta, Rabu (26/7/2023).

Baca Juga

Petrus menuturkan, dia dan mantan aktivis PRD lainya ingin berbagai kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi menjelang reformasi 1998 diusut tuntas dan pelakunya dihukum. Termasuk kasus penculikan yang menimpa aktivis mahasiswa yang tergabung di PRD. Apalagi, masih ada rekannya yang belum ditemukan sampai sekarang.

Menurut Petrus, penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat itu adalah utang generasinya untuk masa depan. Apabila kasus-kasus tersebut tidak diselesaikan, maka kejadian serupa akan terulang kembali pada masa yang akan datang.

Dalam kesempatan itu, Petrus juga mengaku sedih melihat Prabowo masih bisa berkontestasi dalam gelaran pilpres dan menjadi menteri pertahanan. Padahal, kata dia, Prabowo dipecat dari TNI karena kasus penculikan aktivis. Menurut Petrus, kenyataan tersebut menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sangat permisif terhadap para pelaku pelanggaran HAM.

"Hari ini dia (Prabowo) punya potensi jadi presiden. Kami sedih, sangat sedih dan tentunya kami ingin menyumbangkan tenaga bahwa ini tidak boleh dibiarkan, harus ada proses perlawanan," kata pria yang pernah dipenjarakan oleh Orde Baru karena dituding menjadi dalang peristiwa Kudatuli 1996 itu.

Sebelumnya, tepatnya pada Selasa (18/7/2023) malam, Budiman Sudjatmiko mengunjungi kediaman Prabowo di di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Keduanya menggelar pertemuan tertutup selama dua jam, yang disertai acara nyanyi bareng dan makan malam.

Kepada awak media, Budiman mengatakan bahwa salah satu topik dalam pertemuan itu adalah soal masa lalunya dengan Prabowo. Budiman mengakui, dirinya dan Prabowo dulu jelang dan sepanjang 1998 berada di posisi saling berhadap-hadapan. Prabowo mengakui pula hal tersebut.

"Saya mantan aktivis, Pak Prabowo mantan tentara elite. Kita pernah berhadapan. Dulu pernah," kata Budiman tanpa menuntaskan kalimatnya.

Budiman mengatakan hal itu sembari tertawa menghadap ke arah Prabowo yang berdiri di sampingnya. Prabowo merespons dengan tersenyum kecut.

Budiman melanjutkan, meski berseberangan, dirinya dan Prabowo ketika itu sama-sama mempertaruhkan nyawa, kehormatan, dan cita-cita masing-masing. Dia mengaku mengenang perseteruannya dengan Prabowo itu sebagai masa lalu karena kini kondisi bangsa sudah lebih baik dibanding era Orde Baru, dan mereka sudah sama-sama dewasa untuk memahami perbedaan.

Alih-alih terjebak dengan masa lalu, Budiman mengaku ingin fokus memikirkan masa depan bangsa bersama Prabowo. "Kita berhutang kepada masa depan, bukan berutang kepada masa lalu," kata aktivis reformasi yang kini menjadi politisi PDIP itu.

Dia pun berharap karier politik Prabowo tak lagi dibebani oleh peristiwa masa lalu. "Saya apresiasi, ajak Pak Prabowo ayok jalan terus. Mudah-mudahan, kita memberikan dukungan agar orang-orang terbaik bangsa ini seperti Pak Prabowo tidak terus diganduli masa lalu," kata Budiman.

Dalam pertemuan tertutup itu, Budiman juga menyampaikan wacana menyatukan kaum nasionalis kepada Prabowo, yang merupakan calon presiden dari Partai Gerindra. Menurut dia, persatuan kaum nasionalis dibutuhkan untuk menjaga dan memajukan Indonesia pasca-2024 di tengah guncangan global akibat perang Rusia versus Ukraina.

Ketika dikonfirmasi apakah persatuan kaum nasionalis itu berarti menduetkan Prabowo dengan capres PDIP Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024, Budiman tak menampik. Dia menyebut, duet kaum nasionalis bisa menenangkan pilpres dalam satu putaran pemilihan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement