Selasa 25 Jul 2023 21:18 WIB

Waw! 2.000 Pengusaha Indonesia Tinggalkan Dolar AS

Selama semester I 2023 total nilai transaksi LCT mencapai 3,2 miliar dolar AS.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Lida Puspaningtyas
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (kiri), dan Deputi Gubernur Erwin Rijanto, memberikan keterangan pers.
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (kiri), dan Deputi Gubernur Erwin Rijanto, memberikan keterangan pers.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indoensia (BI) mengungkapkan saat ini pengusaha ekspor dan impor mulai banyak yang meninggalkan dolar AS dalam transaksi perdagangan internasional. Saat ini kerja sama local currency transaction (LCT) Indonesia sudah bekerja sama dengan China, Jepang, Malaysia, dan Thailand.

"Pada bulan Juni ini, pelakunya sudah mencapai 2.014 pengusaha apakah kecil ataupun yang besar," kata Destry dalam konferensi pers, Selasa (25/7/2023).

Baca Juga

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Destry menyebut eksportir dan importir yang memanfaatkam LCT baru sebanyak 1.741 pengusaha. Dia yakin ke depan, penguna LCT makin terus bertambah.

"Kami optimistis jumlah ini seolah akan terus bertambah karena sosialisasi makin baik makin intens," ucap Destry.

Terlebih saat ini kerja sama LCT dengan Korea Selatam belum dimulai. Destry memastikan saat ini tanda tangan kesepakatan dengan Korea Selatan baru dilakukan. Destry menuebut, ke depan akan dibicarakan lebih lanjut mengenai implementasi LCT dengan Korea Selatan.

"Begitu juga dengan penunjukan bank ACCD nya dan juga untuk sosialisasi kepada para pelaku jadi kita tunggu yang itu," ungkap Destry.

BI mencatat rata-rata jumlah transaksi penggunaan mata uang lokal atau LCT makin meningkat. Destry menyebut, selama semester I 2023 total nilai transaksi LCT mencapai 3,2 miliar dolar AS.

Destry menuturkan, tren penggunaan LCT terus menunjukkan perbaikan.

"Kalau dibandingkan tahun lalu itu full year 4,1 miliar dolar AS. Jadi kita perkirakan (2023) akan jauh nanti melampaui di 2022," ungkap Destry.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement