Jumat 21 Jul 2023 09:48 WIB

Indeks Asia Melemah, IHSG Dibuka Labil

IHSG dibuka di zona merah pada perdagangan Jumat (21/7/2023).

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ahmad Fikri Noor
Karyawan mengamati pergerakan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (10/2/2023).
Foto: Republika/Prayogi.
Karyawan mengamati pergerakan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (10/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah pada perdagangan Jumat (21/7/2023). IHSG melemah ke level 6.856,19 setelah menguat 0,50 persen pada penutupan perdagangan kemarin. Hanya berselang beberapa menit, IHSG sempat melonjak ke level 6.877,49 dan memasuki zona hijau. Namun, IHSG kembali terseok dan masuk zona merah ke level 6.863,63.

"Indeks saham di Asia pagi ini dibuka melemah setelah indeks saham utama Wall Street semalam berakhir beragam (mixed) dan imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasuries) bergerak naik," kata Phillip Sekuritas Indonesia.

Baca Juga

Nasdaq mencatatkan penurunan harian terbesar sejak Maret. Sementara DJIA menikmati kenaikan selama sembilan hari beruntun yang juga merupakan rangkaian terpanjang sejak September 2017.

Laporan keuangan dari Netflix dan Tesla keluar mengecewakan sehingga meredam harapan sektor Teknologi dapat memberi dorongan pada musim laporan keuangan kuartal II 2023. Di sisi lain, sejumlah bank besar melaporkan kinerja yang cemerlang.

Hingga semalam, 77 emiten dalam indeks S&P 500 sudah merilis laporan keuangan mereka. Laba emiten S&P 500 diprediksi akan turun 7,9 persen di kuartal II 2023, lebih buruk dari perkiraan penurunan 5,7 persen di awal bulan ini.

Di pasar obligasi, yield US Treasury Note bertenor 10 tahun naik 11 bps menjadi 3,86 persen setelah data ekonomi AS yang dirilis semalam memberi indikasi pasar tenaga kerja AS tetap ketat sementara sektor perumahan dan sektor manufaktur semakin lesu.

Data Initial Jobless Claims memperlihatkan jumlah penerima pertama kali tunjangan pengangguran turun sebanyak 9.000 dari minggu sebelumnya menjadi 228.000 untuk minggu yang berakhir pada 15 Juli. Ini adalah jumlah terendah dalam dua bulan dan jauh di bawah ekspektasi pasar yang berada di 242.000.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement