REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Saka Energi Indonesia (PT PGN Saka) yang merupakan anak perusahaan PT Perusahaan Gas Nasional (PGN) Tbk menjalankan program dekarbonisasi dalam kegiatan operasional bisnisnya. Inisiasi itu dilakukan untuk mengurangi emisi serta pemilihan teknologi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Direktur Utama PGN Saka Avep Disasmita mengatakan, dalam upaya dekarbonisasi, PGN Saka menjalankan kegiatan eksplorasi, eksploitasi, dan pengembangan usaha di bidang minyak dan gas bumi, serta gas metana batu bara (CBM).
"Program dekarbonisasi diterapkan pada sejumlah fasilitas offshore (berada di daratan hingga garis pantai) maupun onshore (berjarak jauh dari daratan atau dilakukan di laut lepas) PGN Saka," kata Avep, Kamis (13/7/2023).
Sejumlah fasilitas yang ada dalam proses produksi yaitu Gas Processing Facility (GPF), Oil Treating Facility (OTF), dan LPG Facility (LPGF). "Dekarbonisasi yang dilakukan PGN Saka saat ini merupakan hasil penyusunan road map program inisiatif dekarbonisasi PGN Saka untuk periode 2022-2030," tutur Avep.
Dia menjelaskan, setidaknya ada empat program yang dilakukna dalam program dekarbonisasi. Pertama, Solar Panel Offshore-Sidayu, sebagai penambahan sumber energi yang secara independent untuk memberikan catu daya pada peralatan listrik pada fasilitas proses di proyek Sidayu.
"Solar panel dengan kapasitas total 18.36 kWp dipasang untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di Well Head Platform C (WHP-C) dan WHP-D. Program ini dapat mereduksi emisi sebesar 67,42 ton CO2eq per semester, dengan potensi penghematan sebesar 25.052 liter solar," jelas dia.
Kedua, yakni carbon offset. Avep menjelaskan, program itu diinisiasi karena dalam proses produksi gas dapat menghasilkan emisi gas CO2. Dari hasil mitigasi, masih menyisakan sisa-sisa gas rumah kaca.
"Inovasi carbon offset dilakukan dengan menanam mangrove di sekitar area industri untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Program ini berpotensi mereduksi emisi sebesar 16.417 ton CO2 equivalen per tahun," jelas dia.
Ketiga, PGN Saka juga memanfaatkan gas buang Gas Turbine Generator (GTG) dimana gas buang yang keluar dari GTG direcovery menggunakan absorption chiller. Mengingat gas turbin generator yang beroperasi di offshore dan onshore menghasilkan gas buang dengan temperatur yang cukup tinggi.
"Pemanfaatan gas buang GTG dapat mereduksi emisi sebesar 1.687 ton CO2 equivalen per tahun dengan potensi penghematan energi sebesar 34.047 MMSCF," lanjut dia.
Keempat, melakukan subtitusi gas engine pada flash gas compressor dengan electric driven flash gas compressor. PGN Saka terdorong untuk mengimplementasikan program ini karena engine pada flash gas compressor masih menghasilkan emisi CO2.
"Program ini mampu mereduksi emisi sebesar 4.143 ton CO2 eq per tahun dengan potensi penghematan energi sebesar 41,3 MMSCF," tutur dia.
Avep melanjutkan, tidak hanya menggunakan program rendah emisi pada area operasi, PGN Saka juga fokus pada program konvervasi mangrove untuk menjaga kelestarian hayati pesisir pantai dan ekosistem laut. PGN Saka berkontribusi mulai dari pembibitan hingga penanaman mangrove di Banyuurip, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik. Selain itu, PGN Saka juga mendukung pemulihan ekosistem mangrove khususnya di Ujungpangkah, serta berbagai lokasi di pesisir Kabupaten Gresik.
Diketahui, saat ini PGN Saka memiliki 11 asset hulu migas, 10 diantaranya berada di Indonesia dan 1 blok shale gas di Texas, Amerika Serikat. Seluruhnya sangat konsen terhadap aspek lingkungan dan sosial masyarakat.
"PGN Saka berprinsip untuk melaksanakan program pengurangan emisi serta pemilihan teknologi yang ramah lingkungan, efisien, dan berkelanjutan. Untuk mencapai target penurunan emisi, kami menggalakkan berbagai upaya dengan tetap menjaga produktifitas dan efektifitas operasi," ujar dia.