Selasa 11 Jul 2023 22:21 WIB

Google: Indonesia Dapat Dorong ASEAN Percepat Transformasi Digital

Munculnya kecerdasan buatan, siswa di sekolah perlu diberi keahlian baru.

Siswa harus dipersiapkan untuk jadi talenta digital.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Siswa harus dipersiapkan untuk jadi talenta digital.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Google Indonesia sebut Indonesia yang menjadi ketua Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN pada 2023 dapat mendorong ASEAN untuk mempercepat transformasi digital.

"Optimisme pada perkembangan ekonomi digital harus terus dijaga karena negara-negara ASEAN saat ini ada di crossroad. Sedangkan negara-negara Eropa sudah mulai kurang optimis," ujar Direktur Hubungan Pemerintah dan Kebijakan Publik Google Indonesia Putri Alam dalam Digiweek 2023 sebagaimana dikutip dari keterangan resmi, Selasa (11/7/2023).

Percepatan transformasi digital dapat dilakukan dengan kolaborasi pemerintah di negara-negara ASEAN dengan seluruh pemangku kepentingan.

Putri menyebut Indonesia bisa menjadi contoh bagaimana pemerintah selalu melibatkan pihak-pihak lain dalam berdialog untuk memformulasikan kebijakan di bidang teknologi digital yang baik.

Dalam penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) misalnya, ia menyebut kolaborasi dan dialog antarpemerintah dengan pelaku industri sangat dibutuhkan untuk memastikan masyarakat menggunakan AI secara tepat dan mendapat nilai tambah.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (iDEA) Bima Laga juga membenarkan bahwa potensi ekonomi digital Indonesia sangatlah besar. Terkait kecerdasan buatan, Bima mendukung adopsi teknologi tersebut untuk dimanfaatkan dalam mendukung kegiatan produktif.

Sementara itu, Peneliti Center for Indonesia Policy Studies (CIPS) Natasya Zahra menyebut, dengan kemunculan kecerdasan buatan, siswa di sekolah perlu diberi keahlian untuk berpikir kritis.

Dengan berpikir kritis, siswa akan mampu menggunakan kecerdasan buatan dengan bijak dan proses sehingga proses belajar mereka terbantu.

"Ketimbang melarang menggunakan kecerdasan buatan, yang lebih penting itu adalah bagaimana sekolah dan guru-guru bisa memberikan materi terkait literasi digital dan memperkenalkan kecerdasan buatan kepada siswa dengan lebih masif sehingga siswa tahu batasan apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak boleh," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement