Ahad 09 Jul 2023 13:19 WIB

Bos Total Energies: Pemilu AS 2024 Bisa Sebabkan Kejutan Energi

Kejutan energi muncul jika Partai Republik menang dan menghentikan ekspor hidrokarbon

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) disebut dapat memicu kejutan energi besar jika Partai Republik menang dan memutuskan untuk menghentikan ekspor hidrokarbon.
Foto: Hakon Mosvold Larsen, NTB Ccanpix via AP
Pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) disebut dapat memicu kejutan energi besar jika Partai Republik menang dan memutuskan untuk menghentikan ekspor hidrokarbon.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) disebut dapat memicu kejutan energi besar jika Partai Republik menang dan memutuskan untuk menghentikan ekspor hidrokarbon. Itu dikatakan Patrick Pouyanne, kepala eksekutif perusahaan minyak asal Prancis Total Energies pada Sabtu (8/7/2023) seperti dilansir dari Reuters. 

"Satu-satunya hal yang bisa terjadi, yang merupakan risiko sistemik utama, adalah bahwa Partai Republik memutuskan untuk berhenti mengekspor. Faktanya, saya bahkan tidak yakin itu akan menjadi gas, suatu hari nanti bisa menjadi minyak," kata Pouyanne dalam sebuah diskusi panel ketika ditanya tentang potensi risiko pasokan global.

Baca Juga

“Orang Amerika mendasarkan semua kebijakan mereka pada harga gas atau minyak dalam negeri, mereka memiliki sumber daya, dan jika mereka merasa bahwa ekspor menaikkan harga mereka, mereka memblokir kami,” ujarnya menambahkan.  

Atas dasar itu, ia menilai, selain orang Rusia, Prancis juga bisa kehilangan gas dan minyak Amerika. “Ini bukan kejutan (biasa), ini kejutan super,” kata Patrick. 

Menurutnya, pemilu AS bisa jadi penting untuk melanjutkan pemerintahan. Namun, pada akhirnya, bukan presiden yang memutuskan, melainkan sektor swasta.

Tercatat setidaknya 11 kandidat dari Partai Republik telah mengumumkan mereka akan mencoba memenangkan nominasi partai mereka untuk menghadapi Presiden Demokrat Joe Biden dalam pemilu November 2024. Namun, beberapa janji kebijakan konkret belum diumumkan.

Seperti diketahui, selama pemerintahan Joe Biden tahun lalu, AS melakukan penjualan terbesar dari cadangan minyak strategis sebesar 180 juta barel, bagian dari strategi untuk menstabilkan pasar minyak yang melonjak dan memerangi harga pompa yang tinggi setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Namun, penjualan tersebut membuat marah Partai Republik yang menuduh pemerintah meninggalkan AS dengan penyangga pasokan yang terlalu tipis untuk menanggapi krisis pasokan di masa depan secara memadai.

Pouyanne juga mengatakan dia mengharapkan harga barel minyak yang tinggi secara berkelanjutan karena pergeseran global menuju sumber energi yang lebih bersih dan penurunan investasi minyak.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement