Kamis 06 Jul 2023 20:25 WIB

Dinkes DIY Ungkap Kendala Tangani Penyebaran Antraks di Gunungkidul

Kasus antraks ditemukan di Dusun Jati Gunungkidul pada Juni lalu.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Warga menyiram cairan formalin untuk mensterilisasi lingkungan kandang ternak di Pedukuhan Jati, Semanu, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Kamis (6/7/2023).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Warga menyiram cairan formalin untuk mensterilisasi lingkungan kandang ternak di Pedukuhan Jati, Semanu, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Kamis (6/7/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Warga masyarakat yang terpapar oleh antraks sejatinya dapat disembuhkan oleh antibiotik. Namun, faktor kesadaran masyarakat yang kurang menjadi salah satu kendala menyebarnya penyakit ini.

Kepala Dinas Kesehatan DI Yogyakarta Pembayun Setyaningastutie menjelaskan warga yang memiliki gejala dan semua yang terindikasi harus melapor kepada tenaga kesehatan. Akan tetapi, warga di lokasi tersebut masih ada yang tidak terbuka bahwa mereka telah terpapar.

Baca Juga

"Sepanjang keterbukaan informasi dari pasien dibutuhkan. Jadi memang ada juga yang tidak bercerita setelah selesai masa inkubasi sudah kelihatan pusing dan mual," ujar Pembayun kepada Republika, Kamis (6/7/23).

Ia memaparkan, pertama ditemukan kasus antraks di Dusun Jati pada Juni lalu saat ada warga yang dibawa ke RS Panti Rahayu dan ditemukan positif antraks. Kemudian tim dari Dinkes DIY dan Gunungkidul ke lapangan untuk penelitian etimologi.

Di sana ditemukan berbagai faktor yang menjadi penyebab menyebarnya penyakit ini, yakni tradisi mbrandu yang sudah mengakar kuat. Mereka terbiasa memakan daging ternak yang mati karena sakit.

Menurut Pembayun, sebaiknya memang pada masa inkubasi atau setelah berkontak dengan ternak segera melapor ke petugas kesehatan. Nantinya mereka akan diberikan antibiotik yang harus diminum dalam masa inkubasi.

Pemberian antibiotik dalam masa inkubasi ini penting untuk mencegah berbagai gejala yang muncul seperti pusing dan mual. Gejala terparah adalah munculnya lesi dan koreng di kulit.

"Makanya penting untuk segera diberi pengobatan, tapi banyak juga yang tidak melapor. Masalah perilaku ini tidak bisa diselesaikan oleh Dinas Kesehatan maupun Pertanian," imbuh Pembayun.

Langkah selanjutnya, Dinkes DIY akan berkoordinasi dengan seluruh Dinas Kesehatan kabupaten/kota se-provinsi, serta Wonogiri dan Boyolali guna mengantisipasi penyebaran penyakit ini.

"Kami masih berkoordinasi dengan Kemenkes, apakah surat edaran ini akan diturunkan dari Kemenkes atau kami. Seperti ini kan juga ada faktor politik dan ekonominya yang harus dipertimbangkan," katanya.

Saat ini, sebanyak 143 warga telah melakukan tes serologi dan ditemukan 87 orang yang telah terpapar. Adapun satu orang meninggal dunia akibat positif antraks, sedangkan dua warga yang meninggal dunia lainnya telah dikonfirmasi bukan karena antraks.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement