Selasa 27 Jun 2023 17:07 WIB

Indonesia Dinilai Tahan Guncangan Ekonomi, Ini Kuncinya

Celios mengungkapkan sejumlah keuntungan dari guncangan eksternal global.

Rep: Novita Intan/ Red: Ahmad Fikri Noor
Suasana gedung perkantoran di Jakarta.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Suasana gedung perkantoran di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Center of Economics and Law Studies (Celios) mengungkapkan sejumlah keuntungan yang didapatkan Indonesia dari dampak guncangan eksternal global. Hal ini menyusul pernyataan dari Bank Dunia yang menilai Indonesia lebih tahan banting terhadap guncangan eksternal.

Direktur Celios Bhima Yudhistira mengatakan Indonesia dibilang tangguh karena diuntungkan booming komoditas di tengah gejolak perang Ukraina. Meski tren harga komoditas CPO pada kontrak per 27 Juni turun 25 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, disusul koreksi harga batu bara minus 68 persen dan nikel minus 12 persen secara tahunan.

Baca Juga

“Ketangguhan ekonomi saat ini lebih disumbang konsumsi domestik yang besar dan diharapkan mampu menahan gejolak pelemahan ekspor. Sejauh ini indeks keyakinan konsumen yang dirilis BI masih berada 126,1 atau di level optimis, meski catatannya ada pada gap optimisme konsumen pada kelompok pengeluaran terbawah belum secepat pemulihan konsumen menengah atas,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Selasa (27/6/2023).

Bhima menyebut, kinerja industri manufaktur yang tecermin lewat indikator PMI berada di level 50,3 per Mei 2023. Angka itu masih ekspansif tapi dikhawatirkan melemah pada semester II 2023. Menurutnya, industri manufaktur menghadapi tekanan permintaan ekspor, naiknya biaya distribusi dan bahan baku akibatkan gelombang efisiensi karyawan terutama sektor padat karya. 

“Pemerintah perlu mewaspadai pergerakan sektor manufaktur karena kontribusinya sekitar 18-19 persen dari PDB,” ucapnya.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menyebut, Indonesia lebih tahan banting terhadap guncangan eksternal. Hal tersebut tecermin dari meningkatnya cadangan devisa, turunnya utang luar negeri, persepsi investor, hingga stabilnya nilai tukar rupiah.

Cadangan devisa Bank Indonesia naik dari 137,2 miliar dolar AS pada 2022 menjadi 139,3 miliar dolar AS pada Mei 2023. Jumlah devisa tersebut setara dengan pembiayaan enam bulan impor dan pembayaran utang jangka pendek. 

Lead Economist World Bank Habib Rab mengatakan, cadangan devisa Bank Indonesia tetap memadai. "Cadangan devisa tersebut cukup untuk menyerap guncangan eksternal jangka pendek dengan perlindungan yang cukup untuk utang atau pun kewajiban jangka pendek," kata Habib.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement