Selasa 20 Jun 2023 13:21 WIB

Resmi Meluncur, Surveyor Indonesia Pastikan Layanan Satelit Satria Tepat Sasaran

Satelit Satria-1 menjadi satelit multifungsi terbesar di Asia berkapasitas 150 Gbps.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Satelit Republik Indonesia (SATRIA-1) yang merupakan satelit internet pertama milik Pemerintah Indonesia sukses meluncur ke angkasa pada pukul 18.21 waktu setempat dari Cape Canaveral Space Lauch Complex 40 (SLC 40), Florida, Amerika Serikat.
Foto: Antara
Satelit Republik Indonesia (SATRIA-1) yang merupakan satelit internet pertama milik Pemerintah Indonesia sukses meluncur ke angkasa pada pukul 18.21 waktu setempat dari Cape Canaveral Space Lauch Complex 40 (SLC 40), Florida, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia mencatat sejarah baru dengan telah diluncurkannya Satelit Nusantara Tiga atau yang juga disebut Satelit Republik Indonesia (Satria) dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat (AS). Satelit ini menjadi satelit multifungsi terbesar di Asia dan nomor enam di dunia dengan kapasitas 150 Gbps.

PT Surveyor Indonesia (PTSI) menjadi satu-satunya pengawas independen dari BUMN dalam proyek satelit milik pemerintah tersebut. Direktur Utama Surveyor Indonesia M Haris Witjaksono mengatakan peluncuran Satria akan meningkatkan jangkauan layanan internet pemerintah di daerah tertinggal, terpencil, dan terluar dengan fokus layanannya di bidang pendidikan, kesehatan, pemerintah daerah, dan kepolisian.

Baca Juga

"Ini merupakan upaya Surveyor Indonesia dalam mendukung perkembangan infrastrktur Indonesia, khususnya di sektor telekomunikasi," ujar Haris dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (20/6/2023).

Haris menyampaikan PTSI ditunjuk sebagai Konsultan Pengawas Independen (KPI) oleh Kominfo BAKTI dan PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) untuk melakukan pengawasan Proyek Satelit Multifungsi Pemerintah (Satria-1) mulai dari tahap desain, pembangunan, serta operasional. Anggota holding BUMN survei (ID Survey) ini mempunyai fungsi memantau, mengontrol dan menyelaraskan pengadaan satelit multiple spotbeams Ka band HTS termasuk 11 Gateway Hub dan terminal referensi beserta pendukungnya untuk mencapai hasil proyek yang maksimal, efisien dan tepat waktu mulai dari peluncuran yang mencakup desain, fabrikasi, pengujian hingga Komersial layanan (COD).

"Termasuk melihat keselarasan kegiatan yang dilakukan oleh PT SNT dengan Perjanjian Kerja Sama Proyek KPBU untuk Penyediaan Satelit Multifungsi Pemerintah antara Kominfo dengan SNT sesuai perjanjian kerja sama," lanjut Haris.

Haris mengatakan PTSI berkonsorsium dengan konsultan asing asal AS yaitu Hise Inc, yang memang paham dan mengerti di bidang Space Segment Satellite dan teknologi Satelit yang digunakan saat ini yaitu High Throughput Satellite (HTS). PTSI, lanjut Haris, mendapatkan kontrak untuk terlibat dalam proyek Satria ini sejak 2020 dan akan berakhir hingga dua tahun pasca Satria beroperasi. 

"Satelit ini ditargetkan mulai melayani internet di Indonesia antara akhir 2023 hingga awal 2024," ucap Haris.

Haris mengatakan PTSI sebagai pengawas independen berkomitmen membantu pemerintah dan PT SNT untuk meningkatkan kualitas layanan publik serta berkontribusi terhadap perkembangan infrastruktur digital melalui pemerataan konektivitas di seluruh wilayah Indonesia. Menurut Haris, pemerataan ini memberikan koneksi terhadap lebih kurang 150 ribu titik layanan publik yang mencakup didalamnya 93.900 titik sekolah, 47.900 titik kantor desa/kelurahan/kecamatan, 3.700 titik puskesmas, rumah sakit dan layanan kesehatan lainnya, 3.900 titik kantor administrasi pertahanan dan keamanan, serta wilayah pemerintahan yang tidak terkoneksi dengan satelit existing atau infrastruktur telekomunikasi terestrial.

(Satelit yang diproduksi perusahaan manufaktur antariksa....)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement