REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian ESDM mengidentifikasi potensi PLTS atap secara nasional mencapai 32,5 GW dari pelanggan golongan rumah tangga, industri, bisnis, sosial maupun pemerintah.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Ditjen EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andriah Feby Misna mengatakan, pemanfaatan PLTS atap pelanggan PLN secara nasional per April 2023 mencapai 92,92 MW. Penggunaan energi itu berasal dari kurang lebih 7.000 pelanggan terdiri dari pelanggan rumah tangga, industri, bisnis, sosial maupun pemerintah.
"Untuk kapasitas yang terbesar ini berada di sektor industri kurang lebih 47 persen dari kapasitas terpasang 92,92 MW. Sedangkan total kapasitas PLTS atap sektor bisnis atau komersial saat ini baru mencapai 16 persen dari total kapasitas PLTS atap nasional," kata Andriah.
Ia mengatakan cukup banyak faktor yang semakin memudahkan masyarakat untuk memanfaatkan PLTS atap. Di antaranya perkembangan teknologi, tersedianya beragam alternatif skema pembiayaan serta fleksibilitas kapasitas PLTS atap sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Dari sisi regulasi, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 26 Tahun 2021 agar masyarakat untuk terdorong untuk bisa berpartisipasi dalam program PLTS atap. Adapun permen tersebut mengatur tentang PLTS atap yang terhubung pada jaringan tenaga listrik pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum.
PLTS atap, kata Andriah, merupakan salah satu program yang didorong oleh pemerintah untuk mengejar ketimpangan pencapaian target bauran energi baru terbarukan. Ia menjelaskan, bauran energi baru terbarukan di dalam kebijakan energi nasional ditargetkan 23 persen pada 2025. Sementara pada 2022, pemanfaatan energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional baru sekitar 12,3 persen.