Jumat 02 Jun 2023 16:25 WIB

PBB Peringatkan Ancaman Baru Keamanan Pangan Global

Rusia membatasi jumlah kapal yang diizinkan mengambil biji-bijian Ukraina.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Yusuf Assidiq
Seorang pemanen mengumpulkan gandum di Desa Zghurivka, Ukraina. Sebelum perang, Ukraina mengekspor 4,5 juta ton hasil pertanian per bulan.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Seorang pemanen mengumpulkan gandum di Desa Zghurivka, Ukraina. Sebelum perang, Ukraina mengekspor 4,5 juta ton hasil pertanian per bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan ancaman baru terhadap keamanan pangan global, karena Rusia membatasi jumlah kapal yang diizinkan untuk mengambil biji-bijian Ukraina di pelabuhan Laut Hitam. Rusia melakukan pembatasan ini agar Kiev membuka saluran pipa untuk bahan utama pupuk ke pasar dunia.

Juru bicara PBB Stephane Dujarric menyatakan keprihatinan serius bahwa hanya 33 kapal yang berangkat dari pelabuhan Ukraina pada Mei, atau setengah dari kapal yang berangkat pada April. Sementara ekspor biji-bijian dan bahan makanan lainnya hanya berjumlah 1,3 juta metrik ton pada Mei.

Jumlah ini kurang dari setengah pada bulan sebelumnya. Dujjaric mengatakan, Rusia menyatakan kepada pusat koordinasi di Istanbul  tentang keputusannya untuk membatasi keberangkatan kapal di Pelabuhan Yuzhny, selama amonia tidak diekspor. Amonia adalah bahan utama untuk pupuk.

Moskow ingin Ukraina membuka saluran pipa dari Kota Togliatti di Rusia, ke pelabuhan Ukraina, Odesa untuk mengirimkan amonia ke pelanggan globalnya. Pada Juli 2022, Turki dan PBB menjadi perantara inisiatif terobosan untuk membuka jalur ekspor biji-bijian Ukraina dari tiga pelabuhan utamanya di Laut Hitam yaitu Odesa, Chernomorsk, dan Yuzhny.

Dalam memorandum terpisah, PBB mengatakan akan bekerja untuk mengatasi hambatan pengiriman makanan dan pupuk Rusia. Kepala perdagangan PBB, Rebeca Grynspan telah mencoba untuk bernegosiasi selama berbulan-bulan tetapi tidak berbasil.

Pada Maret, Rusia secara sepihak memutuskan untuk memperbarui kesepakatan biji-bijian selama 60 hari, bukan 120 hari seperti yang diuraikan dalam perjanjian. Invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022, telah membuat harga pangan global meroket, dan memukul negara-negara miskin.

Rusia dan Ukraina merupakan negara pengekspor gandum terbesar di dunia. Setelah kesepakatan inisiatif pengiriman biji-bijian pada Juli, harga pangan mulai turun. Tetapi Dujarric memperingatkan, titik kelaparan global meningkat, sementara momok inflasi pangan dan volatilitas pasar mengintai di semua negara.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, pada Rabu (31/5/2023) mengatakan, Pelabuhan Yuzhny diblokir dan lebih dari 1,5 juta ton produk pertanian menunggu untuk dikirim ke setidaknya 10 negara termasuk Turki, Cina, Mesir, dan Bangladesh. Dia mendesak semua orang untuk menekan Rusia agar membuka blokir pasokan makanan.

"Semakin sedikit makanan yang dipasok ke negara-negara ini, ke wilayah ini, semakin tinggi harga pangan, semakin banyak orang di negara-negara ini kehilangan anggaran keluarga mereka," ujar Zelenskyy.

Dujarric mencatat, pada Mei hanya tiga kapal yang berangkat dari pelabuhan Yuzhny. Dia mengatakan, sejak 24 Mei jumlah tim pemeriksa kapal berkurang dari tiga menjadi dua.  Hal ini, bersamaan dengan lambatnya pendaftaran kapal sehingga menciptakan situasi yang serius.

Dikatakan,  PBB telah mengajukan saran praktis pada tingkat strategis dan operasional, dan akan terus terlibat dengan Rusia dan Ukraina.

“Secara khusus, kami mencari komitmen untuk akses kapal tanpa syarat ke ketiga pelabuhan di bawah inisiatif, peningkatan jumlah inspeksi yang berhasil diselesaikan per hari dan pendaftaran yang dapat diprediksi untuk menghindari penundaan kapal yang tidak semestinya, ekspor pupuk, termasuk amonia, dan dimulainya kembali  pipa amoniak Togliatti-Odesa,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement